Ketika Gus Ali Jadi 'Penerbang' ISHARI di Puncak Hari Santri 2019
Ada yang menarik pada acara puncak Peringatan Hari Santri 2019 di area kantor PWNU Jawa Timur dan sekitar Masjid Al-Akbar Surabaya. Ketika KH Agoes Ali Masyhuri berdiri di depan ratusan penyaji Seni Hadrah dari Bangil, Pasuruan.
Tentu saja, ketika alokasi waktu penyaji Seni Hadrah tersebut selesai, Gus Ali -- panggilan akrabnya -- minta tambah lagi untuk melantunkan Shalawat-shalawat Nabi hingga pembawa acara mengingatkan bahwa masih ada giliran penyaji yang lain.
Sontak ulah Gus Ali, Pengasuh Pesantren Progresif Lebo Sidoarjo ini menarik perhatian ribuan pengunjung yang hadir. Disaksikan para kiai lain, seperti Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Rais Syuriah KH Anwar Manshur, Sekretaris PWNU Jatim Prof Akh. Muzakki, Wakil Ketua PWNU KH Abdurrahman Navis, dll.
Peristiwa tersebut terjadi pada acara Santri Culture Night Carnival (SCNC) di depan gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Minggu 27 Oktober 2019. Dalam acara yang dihadiri Wapres Kiai Ma'ruf Amin, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan tiga menteri dari Kabinet Indonesia Maju.
"Ya, tiba-tiba malam ini Gus Ali mendadak menjadi "Penerbang" Ishari," kata Ustad Ma'ruf Khozin, yang menyaksikan kegiatan tersebut.
ISHARI adalah Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia, yang merupakan badan otonom NU. Dari Bangil, mereka adalah para penerbang yang dibina dari Pesantren Wahid Hasyim, Bangil Pasuruan.
Ada banyak atraksi seni dan budaya yang ditampilkan di puncak hari Santri PWNU. Mulai dari penampilan Drum Band dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya, Barongsay dari Masjid Cheng Hoo Surabaya, Musik Ul-Daul dari PCNU Sumenep, Tari Remo Santri dari PCNU Jombang, Gandrung Santri dari Banyuwangi, dll.
Pada kesempatan itu, Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin menegaskan santri harus siap berada dimanapun dan menjadi apapun, termasuk dirinya yag siap menjadi Wapres mendampingi Presiden Joko Widodo.
“Kalau sekarang banyak santri jadi menteri, bahkan sudah jadi wakil presiden, ke depan saya harap ada santri lagi bukan hanya wakil presiden, tapi menjadi Presiden RI,” katanya.
Mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga meminta santri jangan berdiam diri menghadapi berbagai upaya yang merusak dan menghancurkan negara.
Kalau dulu tantangannya melawan penjajahan, sekarang tantangannya adalah kelompok-kelompok yang ingin merusak negara. Mereka yakni kaum sparatis, radikalis, dan teroris.
“Para santri harus berada di depan untuk mengawal NKRI yang bagi kita NKRI harga mati. Ini komitmen yang terus kita kumandangkan,” katanya.
Karena itu, santri yang sekarang ini disebut santri milenial atau santri zaman now, selain punya semangat tinggi juga harus dibekali dengan ilmu dan penggetahuan yang cukup sesuai dengan tantangan yang dihadapi.
Santri Manusia Unggul
Terlebih, tegas Kiai Ma’ruf, pemerintah bertekad menjaga negara, mengawal keutuhan bangsa, untuk menangkal paham dan gerakan radikalisme, intoleran maupun terorisme.
“Maka tugas santri adalah bersama-sama pemerintah mengawal NKRI dari paham-paham yang menyimpang. Ini tekad kita,” ajaknya.
Di sisi lain, pemerintah juga ingin membangun Indonesia menjadi negara maju. Tapi maju tidaknya negara juga bergantung pada manusianya.
“Manusia yang ingin kita bangun adalah manusia yang unggul. Manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif tetapi juga berakhlakul karimah,” ujarnya.
Dengan demikian Indonesia diharapkan mencapai kemajuan, dan kaum santri harus menjadi bagian dari sumber daya manusia yang tangguh dan unggul.