Ketika ‘Ban Serep’ Jadi ‘Wali’
Jumat siang, 27 September, menjelang pukul 15, berita itu kuterima: “Mas Najib, 16 suara, terbanyak. Alhamdulillah.”
Berita kuterima laporan dari sidang Senat Akademik (SA) UGM mengenai pemilihan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Pergantian Antar Waktu (PAW). Berselisih sedikit, pesan serupa kuterima dari sejumlah orang anggota SA-UGM.
Alhamdulillah. Akhirnya aku terpilih menjadi anggota MWA PAW UGM unsur non-guru besar. Innalillahi wainnailaihi rajiun. Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya….
Awalnya aku hanya jadi ‘ban serep’. Seorang teman dosen senior yang dicalonkan menjadi kandidat anggota MWA oleh Senat Fisipol UGM mendadak mengundurkan diri. Melalui proses yang super cepat akhirnya aku ketiban sampur menjadi calon pengganti. Ceritanya begini.
Kamis malam, 5 September, sekitar pukul 20.40 WIB ponselku berdering. Kebetulan aku sedang bersantai di rumah sambil menonton TV.
Seorang pengurus Fisipol UGM menyapa dari seberang sana. Ia menelpon untuk menanyakan kesediaanku menjadi calon pengganti. Pendaftaran terakhir malam itu juga, pukul 23.59 WIB, hanya tersisa sekitar 3 jam.
Agar lebih mantab, panggilan juga disambungkan dg petinggi Fisipol UGM lainnya. Pesannya sama: menanyakan kesediaan dicalonkan sebagai anggota MWA UGM PAW.
“Jika memang ditugaskan fakultas, saya siap grak!” Demikian jawaban cepat dariku, mengingat waktu yang mepet, tak banyak waktu untuk berdebat dan berdiskusi.
Begitulah. Malam itu juga kuisi formulir CV yang disiapkan panitia seleksi. Sebelum pukul 23.00 kukirimkan dokumen untuk proses pendaftaran.
Beberapa hari kemudian disusul dengan tes kesehatan dan tes bebas NAPZA di RSA UGM. Tercatat ada 11 kandidat dari berbagai fakultas yg mengikuti tes kesehatan. Pengajuan calon dilakukan oleh fakultas; dari Fisipol kebetulan hanya ada satu kandidat.
Hingga akhirnya dilakukan pemilihan pada hari itu. Aku tidak hadir pada saat pemilihan dilangsungkan.
Sebelumnya aku hanya membuat video pendek sekitar 2 menit berisi perkenalan, alasan kesediaan dicalonkan, dan gagasan serta agenda yang kutawarkan. Tim media Fisipol UGM berbaik hati membantuku membuat video pendek itu. Video itulah yang menjadi alat komunikasi dan persuasi kepada para anggota Senat Akademik UGM.
Sebelumnya aku juga sempat bersilaturahmi dan berdiskusi “jaring aspirasi” kepada sejumlah Dekan di Kampus Biru. Kebetulan sebagian dari mereka kukenal cukup baik.
Selebihnya mengalir pasrah saja. Sejak Ahad pagi hingga Kamis siang aku berada di Jakarta, menjalankan tugas sebagai Wakil Sekjen PBNU. Rencana semula Ahad siang hendak terbang ke Laos, tapi akhirnya ditunda.
Aku beruntung didukung oleh teman-teman lintas fakultas yang bergerak bersama dipersatukan oleh ide memajukan UGM.
Hingga Jumat siang itu, ternyata si ‘ban serep’ malah terpilih menjadi ‘wali’ di MWA UGM. Sebuah lembaga yang konon lumayan penting karena, antara lain, berwenang membuat kebijakan strategis di kampus tercinta.
Oya, pemilihan anggota MWA PAW itu dilakukan untuk menggantikan Bu Doktor Supra Wimbarti, mantan Dekan Fakultas Psikologi, yang memasuki masa purna tugas.
Bismillah, semoga aku bisa menjalankan tugas dan amanah dengan sebaik-baiknya, semoga membawa manfaat dan keberkahan bagi kampus tercinta dan orang banyak.
Mohon doanya ya para sedulur. Amiin ya rabbal alamiin… (Dr.Najib Azca)