Ketika Api Asian Games Bertemu Api Biru di Kawah Ijen
Ribuan pasang mata melihat. Ribuan pasang mata itu juga menyaksikan. Mereka menjadi saksi momen spesial. Betapi dua api abadi betemu di Banyuwangi. Api dari India dan api Kawah Ijen. Seperti apa spesialnya?
__________________
Sebuah momen spesial tercipta di Banyuwangi. Apa itu? Adalah saat api Asian Games 2018 yang dibawa dari India itu bertemu api biru dari Kawah Gunung Ijen.
Torch Relay Asian Games 2018 hari itu memang tiba di kaki Gunung Ijen. Tiba di kawasan Paltuding, Banyuwangi, sekitar pukul 23.30 . Obor itu dibawa mendaki Gunung Ijen oleh mantan petinju nasional, Pino Bahari.
Dari Paltuding Rombongan menempuh perjalanan selama 1,5 jam menuju puncak Ijen. Waktu tempuh memang lama sebab Gunung Ijen ini memiliki ketinggian 2.443 meter di atas permukaan laut.
"Suatu kebanggaan tersendiri dipercaya membawa obor Asian Games. Ini mengingatkan saya pada perjuangan saya meraih emas Asian Games 1990 di Tiongkok,” ujar Pino, salah satu petinju amatir terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Bersama hawa dingin gunung, Pino Bahari berlari naik. Dingin itu tak begitu dihiraukan sebab api yang diarak dari kawasan Gunung Bromo itu sudah ditunggu di puncak untuk prosesi upacara penyambutan.
Semangat dan euforia Pino Bahari naik ke puncak Kawah Ijen sembari membawa obor rupanya menular luar biasa bagi yang sudah menanti kedatangan obos Asian Games itu. Mereka makin tak sabat menunggu. Tepat rupanya, suasana seketika berubah manakala Pino mencapai puncak kawah sembari membawa obor.
Pino berhenti tepat dengan latar belakang api biru yang dikeluarkan dan kawah Ijen. Sebuah pemandangan eksotis pun tersaji. Obor sebagai tanda semangat Asian Games yang diikuti 16.000 atlet dan ofisial dari 45 negara bertemu dengan api biru Kawah Ijen. Tak menunggu waktu, ribuan wisatawan yang sudah menanti momen itu, dan juga fotografer dari berbagai media, berlomba mengabadikan momen spesial ini.
Sesaat Pino Bahari seperti termangu. Obor Asian Games tergenggam kuat. Pino terpukau dengan momen yang tercipta itu. “Pemandangannya luar biasa keren. Obor Asian Games ada di kawah dengan latar belakang api biru yang fantastis,” ujar Pino.
Seiring terbitnya matahari, obor dibawa menuruni puncak Ijen. Torch Relay Asian Games 2018 dilanjutkan dengan berkeliling di Kota Banyuwangi.
Beragam atraksi seni pun turut mewarnai perjalanan obor. Mulai Tari Gandrung, barong, dan Banyuwangi Ethno Carnival mengiringi dalam sebuah ajang pesta rakyat yang digelar bersama Panitia Penyelenggara Asian Games (Inasgoc).
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, kehadiran Torch Relay ini adalah momentum tepat untuk mempromosikan pariwisata.
“Torch relay memiliki fungsi strategis. Agenda ini merupakan momen terbaik untuk mempromosikan potensi Banyuwangi, terutama pariwisata. Kami menyiapkan beragam atraksi seni sebagai bentuk kebanggaan daerah dalam menyambut perhelatan olahraga akbar se-Asia ini,” kata Abdullah Azwar Anas.
Selesaikah momen obor? Belum!
Obor lalu dibawa menuju Stadion Diponegoro secara estafet oleh delapan pebalap sepeda Banyuwangi Road Cycle Community (BRCC).
Obor kemudian diajak keliling kota secara estafet oleh 10 pelari yang terdiri atas atlet dan warga berprestasi.
Para atlet pembawa obor adalah mereka yang pernah berprestasi tingkat nasional hingga Asia.
Ada Ahmad Zulkarnaen, ada fotografer penyandang disabilitas yang tidak kenal lelah menghasilkan karya-karya fotografi yang menginspirasi kita.
Titik terakhir pawai adalah Pendopo Sabha Swagata Blambangan, bangunan bersejarah yang berdiri sejak lebih dari dua abad silam.
Di pendopo yang terdapat Sumur Sri Tanjung yang merupakan sumber legenda nama Banyuwangi itu telah disediakan boks penyimpanan api. Obor disemayamkan di pendopo berkonsep arsitektur hijau itu selama satu malam.
The Sunrise of Java menjadi destinasi terakhir yang dikunjungi di Jawa Timur. Setelah itu, torch relay menyeberang ke Bali.
Selain Banyuwangi, kota Jawa Timur juga akan dilewati pawai ini adalah Blitar, Malang, Bromo, Probolinggo, Situbondo, juga Bondowoso. (*/idi)
Advertisement