Kesombongan Gus Baha' dalam Berdakwah, Ternyata Ini Alasannya
KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) ceramahnya sangat digemari publik. Meski kental dengan bahasa Jawa, Gus Baha mendapat perhatian khusus dari pelbagai kalangan. Namun, terkadang ada kesan bila kiai muda dari Narukan Rembang ini, begitu sombong dalam berdakwah. Sombong karena kealimannya.
"Bagi yang baru mendengar kajian KH Bahauddin Nurslaim (Gus Baha') pasti akan timbul kesan, begitu sombong dan angkuhnya dia. Sebab pada setiap kajian, seringkali nada dan kata-kanya menggambarkan demikian. Apalagi bagi hatters-nya!"
Demikian ungkap Izzuddin Abdurrahim Adnan.
Misalnya, Gus Baha sering berkata;
"Aku iku ulama'"; (Saya ini ulama)
"Sakjane maqomku iku wes duwur, tapi berhubung aku dipasrahi santri koyo sampean, aku mudun maneh menggoblokkan diri";
(Sebenarnya maqomku itu sudah lebih atas, tapi karena aku dipercaya mengasuh santri seperti kalian, saya turun lagi harus seperti bodoh)
"Aku iku apal Qur'an dan ribuan hadits, kok bok saingi Arba'in, kalau ngajak debat iku mbok ya seimbang!".
(Saya ini hafal Al-Quran dan ribuan hadits, lha kok Anda saingi dengan kitab Arba'in. Kalau mengajak debat ya harus seimbang)
"Aku iku kadang yo heran, uwong kok gobloke ngono":
(Saya ini terkadang heran, orang kok bodohnya seperti itu)
"Aku setengah (hampir) hapal ihya' lho, khataman bolak-balik, nek gak percoyo ayo tak tes, nek koe kan melu khataman tapi gak tau ngaji khatam."
(Saya setengah hafal Ihya lho, khataman berkali-kali. Kalau tidak percaya tak saya tes, bila kalian ikut khataman tapi tidak ikut ngaji khatam)
"Saya berharap diundang cukup sekali ini saja, jangan diundang lagi, sebab mencintai ulama' itu baik, tapi mengatur ulama' itu dosa".
Dan yang paling baru dan mencengangkan itu kemarin di Kantor PBNU, belum lama ini.
"Jika PBNU niatnya mengangkat saya (sebagai Rais Syuriah) itu sebab iqror bahwa orang (saya) yang sudah manfaat itu di angkat, maka saya terima. Tapi kalau merasa mengangkat (ketenaran) saya, tak lawan di pengadilan, tak lawan sampai akhirat"
"Sebagai orang yang di angkat atau diberi jabatan Rais Syuriah, berani melontarkan statemen yang demikian. Itu menurut saya hal yang luar biasa. Orang yang gila jabatan, atau bukan orang yang benar-benar alim dan berkarakter kuat tidak akan berani. Saya jamin!," kata Izzuddin Abdurrahim Adnan.
Beberapa kalimat di atas mungkin akan terkesan sombong jika yang mendengar orang baru. Namun bagi muhibbinnya saya yakin tidak. Saya pribadi memaknai, kalimat beliau sebagai bentuk "pede" bagi mereka yang berilmu (mumpuni). Namun akhirnya saya paham bahwa ternyata bukan demikian motifnya, tetapi berdasarkan Hadis Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam.
Izzuddin Abdurrahim Adnan melanjutkan:
Jawaban itu saya dapati ketika beliau menjelaskan perihal sombong. “Aku iki sombong, tapi nyombongi koe kabeh, ora nyombongi Allah, Ulama’ kadang-kadang kudu sombong, nek gak sombong malah rusak kabeh, Gusti Allah malah melaknat, dadi ojo sok rendah hati”.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ( صلى الله عليه و آله ) : " إِذَا ظَهَرَتِ الْبِدَعُ فِي أُمَّتِي فَلْيُظْهِرِ الْعَالِمُ عِلْمَهُ ، فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ
Wow! Sombongnya Gus Baha' saja berdasarkan ilmu, berdasar sunnah, apalagi soal lain! Hemm. Mulai saat itulah saya lebih mantab lagi terhadap beliau, bahwa beliau bukan sembarang Ulama'.
"Dan INI PENTING SAYA UTARAKAN. Supaya kalian semua paham," ungkap Gus Baha' dalam setiap ceramahnya.