Kesenjangan Kita Sudah Lampu Merah, Ini Kata Wapres
Surabaya: Wakil Presiden Jusuf Kalla memprihatinkan kesenjangan ekonomi di Indonesia. Menurutnya, saat ini, kondisinya sudah pada tahap lampu merah. Karena itu, masalah ini perlu dipikirkan secara serius melalui kerja keras dan kerja cerdas.
Ia mengemukakan hal tersebut saat memberikan kuliah umum di depan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) di Kampus Jemursari Surabaya, Selasa (28/2).
Dalam memulai kuliahnya, JK mengatakan, bangsa Indonesia perlu bersyukur karena memilik negara yang aman, nyaman, kondusif dan penuh toleransi. Namun, kita juga prihatin, di tengah-tengah keadaan seperti itu ada kesenjangan yang luar biasa.
''Konflik di tanah Arab (Arab Spring) itu ditandai dengan kesenjangan yang amat tinggi. Gini rasionya mencapai 0,40. Sementara Indonesia kini sudah di kisaran 0,40,'' katanya.
Laporan Bank Dunia, lanjutnya, menyebut bahwa 1 persen penduduk Indonesia menguasai 50 persen aset nasional. Bahkan, lebih ekstrem lagi, laporan Oxfam yang terbaru menyatakan, 4 orang terkaya di Indonesia mempunyai kekayaan setara dengan 100 juta penduduk Indonesia.
Menurut JK, kita bukan satu-satunya negara yang mengalami kesenjangan ekstrem. Rusia, misalnya, jauh lebih parah dari Indonesia. ''Namun, di sana, yang kaya dan yang miskin seagama. Filipina juga terjadi kesenjangan. Baik yang kaya mau pun yang miskin sama-sama beragama Katolik,'' tuturnya.
Nah, tegas JK, di Indonesia keadaannya berbeda sama sekali dengan negara-negara tersebut. Ia mencontohkan, kalau ada 100 orang miskin, maka yang 90 orang diantaranya adalah umat Islam. Sementara kalau ada orang kaya 100, maka hanya 10 persen yang muslim.
''Mengatasi keadaan seperti ini, kita tidak boleh sendiri-sendiri. Harus bersama-sama. Pemerintahnya bekerja, rakyatnya juga bekerja,'' tuturnya.
Caranya? Ya dengan kerja keras dan kerja cerdas. ''Petani itu kerja keras seharian. Namun, karena tidak disertai dengan kerja cerdas maka penghasilannya tetap pas-pasan,'' tambahnya.
Sebaliknya, lanjut JK, kerja cerdas saja tanpa kerja keras juga tidak cukup. Banyak bukti bahwa mereka hanya hanya mengandalkan kerja cerdas saja mengalami kegagalan.
''Karena ini di kampus, saya titip pesan: marilah kita lihat ke depan. Umat Islam kebanyakan terlena dengan kejayaan masa lalu. Padahal saat itu, Amerika dan Eropa belum sejaya saat ini,'' tambahnya.
Menurutnya, jika hanya puas melihat ke belakang saja, maka kita seperti melihat museum. ''Saat ini, kita butuh para pengusaha muda yang berani berusaha dan berdagang seperti Rasulullah. (Frs)
Advertisement