Kesengsem Ikut UKM Binaan Semen Indonesia karena Guyub
Bosan bekerja kantoran di bidang trading membuat Wirasno banting stir memulai usaha batik. Dia memulai usaha batik sekitar tahun 2004. Sebelum memulai usaha dia sempat berpikir kira-kira apa usaha yang cocok dengannya. Dia pun mulai berpikir untuk membuka usaha batik. Alasannya, karena dia mempunyai kemampuan sedikit=sedikit di bidang membatik. Asal tahu saja, kemampuannya ini didapat dari saat remaja di kampung halamannya di Pekalongan. Pekalongan adalah salah satu sentra batik di Jawa Tengah.
Dengan modal awal sekitar Rp 5 juta, Wirasno pun memulai usaha batiknya. Dengan dibantu seorang pengrajin batik, dia pun dengan telaten memproduksi batik. "Awalnya memang susah, karena saat itu sekitar 2004 kan belum booming batik," kata Wirasno di sela=sela pameran di Grand City Surabaya.
Dengan modal awal yang terbatas, Wirasno pun mencoba memulai membuat batik. Batik produksinya pun kemudian ia tawarkan ke konsumen. Lama kelamaan, setelah menemukan karakter dalam motif batiknya, Wirasno pun semakin percaya diri menjalankan usahanya. Kata dia, dia termasuk pengrajin yang lebih menyukai motif-motif alam seperti tumbuhan atau binatang. Hal itu tak lepas dari pendidikannya sebagai seorang sarjana pertanian. Ide-ide itu pun ia tuangkan dalam motif batik.
"Saya termasuk pengrajin yang menyukai motif verbal. Misalnya kalau ingin meggambar burung dalam motif batik saya, saya gambarkan burung saja. Batik lainnya mungkin lebih senang dengan perumpamaan," ujar dia.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha batik canting Wirasno pun semakin berkembang. Berbagai pameran pun rajin ia ikuti. Namun saat, mengikuti banyak pameran-pameran itu, dia pernah merasa iri dengan pengrajin lain yang sudah menjadi UKM Binaan semen Indonesia.
"Saat itu antarpengrajin dengan pihak manajemen Semen Indonesia merasa guyub, seperti saudara. Saya ingin menjadi menjadi seperti mereka," kata Wirasno.
Ia pun kemudian mulai mencari-cari informasi bagaimana agar bisa menjadi UKM Binaan Semen Indonesia. Akhirnya, pucuk dicinta, ulam pun tiba. Dalam sebuah pameran, salah satu petinggi Semen Indonesia, ternyata tertarik dengan batik produksinya. Akhirnya selain produknya dibeli oleh petinggi Semen Indonesia, jalan menjadi UKM Binaan Semen Indonesia pun semakin termudahkan.
Kini, Wirasno pun tinggal memetik hasilnya. Setelah menjadi UKM Semen Indonesia, penjualan batiknya pun semakin lancar, berkat pameran-pameran yang sering ia ikuti. Kata dia, hal paling penting saat menjadi UKM Semen Indonesia adalah semakin terbukanya pasar karena rajin ikut pameran.
"Paling penting saat menjadi UKM Binaan Semen Indonesia adalah, ikuti pameran=pameran, karena harga sewa both itu mahal. Kalau bantuan uang, sebenarnya berapa pun pasti habis," ujar dia.
Kini, setelah usahanya berkembang, Wirasno pun mulai berpikir untuk meluaskan penjualannya ke luar negeri. Ia pun berharap Semen Indonesia bisa memfasilitasi pameran=pameran ke luar negeri. "Saya sebenarnya ingin diajak pameran ke luar negeri oleh semen Indonesia. Tapi sampai sekarang belum kesampaian," ujarnya. (amr)