Jaga Keselamatan, Formula 4M Habib Habib Segaf Baharun Dalwa
Pondok Pesantren Dalwa (Darullughoh Wadda'wah) Bangil, Kabupaten Pasuruan. Darullughoh Wadda'wah, berarti tempat persemaian bahasa dan dakwah.
Kiai Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, mempunyai catatan menarik perihal Habib Segaf dari Pondok Pesantren Dalwa Bangil. Berikut di antaranya:
Habib Segaf, Dalwa Bangil
Ini adalah pertemuan saya kedua kali bersama Habib Segaf Baharun, Putra kedua Sayidil Habib Hasan Baharun. Perjumpaan pertama saat umrah 2015. Kala itu di Bir Ali dan sama-sama berpakaian Ihram Habib Segaf dawuh: "Tetap jalin hubungan, gih. Dalwa tidak bisa dipisahkan dari Ganjaran", dengan bahasa Madura.
Ganjaran adalah kampung kecil di Malang Selatan. Habib Hasan Baharun pernah diminta mengajar di Raudlatul Ulum oleh kakek kami, sebelum akhirnya beliau ke Bangil dan mendirikan pesantren Dalwa yang saat ini mendidik 17.000 santri, baik dari kalangan Habaib atau orang biasa.
Dalam pengajian siang, di pesantren yang didirikan oleh Ust Kholiq di Katol Timur, beliaulah yang dulu menggendong Habib Segaf saat meninggalkan Ganjar ke Bangil. Habib Segaf menekankan pentingnya menjadi santri di zaman akhir ini agar selamat dari cobaan.
Beliau memberi formula 4M, yaitu Mondok, Madin (Madrasah Diniyah), Mengaji dan Majelis Taklim. Selama masih terisi dengan ilmu agama insya Allah akan selamat.
Dari ilmu agama inilah yang mengantarkan menjadi hamba Allah yang saleh, dan jaminan dari Allah:
وَهُوَ يَتَوَلَّى ٱلصَّٰلِحِينَ
"... dan Dia melindungi orang-orang yang saleh" (Al-A'raf 196)
Siapakah orang saleh? Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshari menjelaskan dalam kitab Fathul Wahhab:
الصالحين أي القائمين بحقوق الله وحقوق الأدميين
"Yakni orang-orang yang memenuhi kewajibannya kepada Allah dan sesama manusia"
Sejarah Dalwa
Sejarah Dalwa (Darullughah Wadda’wah). Pesantren yang didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharun mengasuh dan mendidik para santrinya yang dibantu oleh ust. Ahmad bin Husin Assegaf, sehingga beliau mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat.
Pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 tempat pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.
Dengan jumlah santri yang terus berkembang serta tempat (rumah sewa) tidak dapat menampung jumlah santri, maka pada tahun 1985 Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Jumlah santri pada waktu itu sebanyak 186 orang santri yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri putri.
Hingga saat ini Dalwa terbagi menjadi beberapa tempat diantaranya Dalwa Putra 1, Dalwa 2, Dalwa 3 dan Dalwa Putri. Lahan Dalwa 1 telah mencapai kurang lebih 4 Ha dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri 3 tingkat dengan jumlah santri sekitar 7450 (tahun 2016) yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Saudi Arabia. Santri-santri dibina oleh tidak kurang 100 orang guru dengan lulusan/alumni dalam dan luar negeri. Ditambah dengan pembantu yang diikutkan belajar sebanyak sekitar 95 orang.*