Keselamatan Penerbangan Indonesia Diakui Dunia
Keselamatan Penerbangan Indonesia mendapat pengakuan dunia. Adalah Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang menyatakan hal tersebut. ICAO memberikan sertifikat Council President Certificate (CPC) untuk Indonesia.
Sertifikat CPC diberikan langsung ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Dirjen Perhubungan Udara.
Penghargaan diserahkan di Kantor Pusat ICAO di Montreal, Kanada. Tepatnya pada 17 Mei 2018, sekitar pukul 13.45 waktu setempat.
"Sertifikat ini tentunya menjadi sejarah transportasi udara di Indonesia,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin.
CPC merupakan bentuk pengakuan ICAO atas kemajuan Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan sejumlah safety oversight deficiencies. Objek sample bandara yang di-audit oleh ICAO pada bulan Oktober 2017 adalah Bandara Kualanamu.
Capaian tersebut merupakan hasil kerja keras Angkasa Pura 2 bersama stakeholder bandara. Seperti Airnav, CIQ, KKP, Ground Handling, Otoritas Bandara, Maskapai dan regulator. Yaitu Kemenhub. Terutama dalam hal peningkatan safety di Bandar Udara.
Hasil audit keselamatan penerbangan tersebut, lanjut Awal, membawa Indonesia menempati posisi peringkat ke-58 dunia dari total 192 negara anggota ICAO. Atau, melompat 94 peringkat. Sebelumnya Indonesia berada di peringkat ke-152 dunia.
“Tidak hanya itu, di kawasan Asia Pasifik Indonesia juga berada di peringkat ke-10, dari 39 negara yang masuk dalam akreditas kantor regional ICAO di Bangkok,” ujarnya.
Dari segi Nilai Effective Implementation (EI), Indonesia berhasil memperoleh nilai sebesar 80,84%. Nilai tersebut merupakan hasil perhitungan compliance keseluruhan 8 bidang audit yang dilaksanakan ICAO.
“Angkasa Pura 2 bersama seluruh stakeholder berkomitmen penuh kepada masyarakat Indonesia untuk mempertahankan capaian tersebut. Dan berusaha agar terus meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penerbangan di Indonesia. Sehingga dapat mendukung peningkatan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia,” katanya.
Demi meningkatkan kualitas operasional bandara, PT Angkasa Pura II (Persero) juga menggandeng Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI).
Kerjasama ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Keduanya sepakat bersinergi terkait Penyelenggaraan Koordinasi Teknis Operasional Pelayanan Jasa Kebandarudaraan dan Pelayanan Navigasi Penerbangan.
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Awaluddin bersama Direktur Utama Perum LPPNPI, Novie Riyanto Rahardjo. MoU ditandatangani di Bandara Internasional Kertajati. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso menjadi saksinya.
Sedangkan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengatakan, sebagai regulator Kemenhub sangat mendukung perpanjangan MoU. “Ini juga untuk memastikan tingkat pelayanan dan keselamatan penerbangan tetap terjaga dengan baik," paparnya.
MoU Penyelenggaraan Koordinasi Teknis Operasional Pelayanan Jasa Kebandarudaraan dan Pelayanan Navigasi Penerbangan akan berlaku selama 5 (lima) tahun.
Ruang lingkup kesepahaman meliputi Operasional Pelayanan Jasa Kebandarudaraan Dan Pelayanan Navigasi Penerbangan; Pemanfaatan Fasilitas Elektronika, Airfield Lighting System, Listrik, Mekanikal, Air, Instalasi Limbah Buangan, Fasilitas Teknik Bandara, Dan Fasilitas Pendukung Lainnya, Kerjasama di bidang sumber daya manusia; Teknis terkait aspek navigasi penerbangan dan bandara.
Direktur Utama Perum LPPNPI Novie Riyanti mengatakan, kolaborasi dengan PT Angkasa Pura II sangat penting. “Tujuannya untuk menjaga pelayanan dan keselamatan dalam penerbangan dimana moto kami dalam melayani adalah keselamata, keselamatan dan keselamatan," paparnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya ikut happy dengan diterimanya sertifikat Council President Certificate bagi penerbangan Indonesia. Menurutnya, bangsa ini akan semakin solid dan besar, dengan prestasi besar, jika bersatu. Sertifikat terkait kualitas keselamatan penenerbangan Indonesia ini bisa menjadi pendorong untuk melompat lebih tinggi.
“Saya yakin, kalau kita bersatu, demi Merah Putih, tidak ada yang tidak bisa,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Arief Yahya menyebut, di sinilah saatnya Indonesia Incorporated dibangun. Bergotong royong membangun kebersamaan untuk merebut simpati dunia. “Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, satu suara, untuk Indonesia,” ujar Menpar (*).