Kesamaan Minyak Goreng dan Harun Masiku, Ini Lelucon Lho!
Dalam masyarakat selalu ada lelucon, yang menjadikan realita gemuruh menjadi tidak tegang. Menjadi lebih rileks, dengan suasana lucu.
Di tengah-tengah masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-sehari terjadi kelangkaan minyak goreng. Betapa ironinya, di negeri berpenghasilan kelapa sawit yang melimpah, justru produksi minyak goreng sulit di pasaran.
Amrin Pembolos, tokoh lelucon kita, pun mengingat-ingat akan seorang tokoh politik yang juga sulit dicari. Dialah Harun Masiku. Demikian pula, beredar satu partai politik yang menimbun minyak goreng dan dibagikan kepada masyarakat dengan syarat: "Pilpres 2024 harus ingat, pilih partai kami ya!"
Amrin Pembolos mengingat-ingat nama Harun Masiku. Tersangka suap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan yang resmi dinyatakan menjadi buronan internasional, terhitung sejak 30 Juli 2021. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah mendapat informasi dari Interpol bahwa telah menerbitkan red notice untuk Harun Masiku.
KPK menetapkan Harun sebagai tersangka pemberi suap pada Januari 2020. Suap diberikan agar Wahyu memudahkan langkah politikus PDIP itu bisa melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR jalur PAW.
Perburuan terhadap Harun ini bermula ketika KPK melakukan operasi tangkap tangan soal perkara ini pada 8 Januari 2020. Dalam operasi senyap itu, Tim KPK menangkap delapan orang dan menetapkan empat sebagai tersangka. Para tersangka itu ialah Harun Masiku, eks Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan, eks Anggota Bawaslu, Agustiani Tio Fridelina, dan kader PDIP Saeful Bahri
Sementara Harun, sudah menghilang sejak OTT itu berlangsung. Tim penyidik KPK terakhir kali mendeteksi keberadaan Harun di sekitar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Tim gagal menangkap karena diduga ditahan oleh sejumlah anggota kepolisian.
Belakangan, Kementerian Hukum dan HAM serta KPK meyakini Harun ada di Singapura sejak sehari sebelum operasi tangkap tangan digelar. Otoritas menyebut Harun belum kembali ke Indonesia.
Investigasi sebuah media terkemuka di Jakarta disebutkan, Harun sudah kembali ke Indonesia. Bolak-balik dibantah, Kementerian Hukum akhirnya mengakui tersangka kasus suap ini sudah pulang ke Indonesia. Imigrasi beralasan ada kesalahan sistem di bandara sehingga kepulangan Harun tak terlacak. KPK lantas memasukkan Harun sebagai daftar buronan pada 29 Januari 2020.
Akhirnya, Amrin Pembolos menyampaikan lelucon ini, seolah ia merupakan perwujudan Harun Masiko.
"Tahu nggak, gaes: apa kesamaan aku dan minyak goreng?"
"Ya, sama-sama disembunyikan!"
*) Catatan:
Kasus suap ini bermula ketika caleg PDIP dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I Nazarudin Kiemas meninggal. Nazarudin memperoleh suara terbanyak di Dapil itu. Namun, karena dia meninggal, KPU memutuskan mengalihkan suara yang diperoleh Nazarudin kepada Riezky Aprilia, caleg PDIP dengan perolehan suara terbanyak kedua di Dapil I Sumatera Selatan.
Namun, Rapat Pleno PDIP menginginkan agar Harun Masiku yang dipilih menggantikan Nazarudin. PDIP sempat mengajukan fatwa ke Mahkamah Agung dan menyurati KPU agar melantik Harun Masiku. KPU berkukuh dengan keputusannya melantik Riezky.
Suap yang diberikan kepada Wahyu Setiawan diduga untuk mengubah keputusan KPU tersebut. Hingga kini, Harun masih buron.
KPK berjanji serius memburu Harun Masiku.
"Kalau soal keseriusan menangkap para buron, kami sangat-sangat serius. Akan tetapi, persoalannya bukan hanya pada tataran itu. Ini yang sedang kami evaluasi, praktik yang membuat para tersangka potensi melarikan diri," kata Wakil Ketua KPK, Nawawi Pomolango, melalui keterangannya di Jakarta, Kamis, 7 Mei 2020.