Kesaksian Suporter Arema: Gas Ditembakkan ke Tribun Penonton
Rusuh di pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, muncul akibat penonton yang kabur dari efek gas air mata. Suporter menyebut gas air mata ditembakkan aparat ke arah tribun penonton.
Gilang, mengaku saat peristiwa terjadi, ia sedang duduk di tribun tepat di bawah papan skor. Pemuda asal Jember itu datang ke Kanjuruhan bersama puluhan temannya.
Mereka datang menumpang travel, dan sebagian berkendara motor dari Jember. "Kami biasa nonton ramai-ramai dari Jember ke Malang," katanya, ditemui di Stadion Kanjuruhan, Minggu 2 Oktober 2022.
Menurutnya kondisi masih terkendali hingga peluit akhir pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya ditiup. Pemuda berusia 22 tahun itu mengingat, sejumlah suporter dari tribunnya turun untuk menjabat tangan para pemain. "Suporter masuk ke lapangan, nyalami pemain. Terus yang lain ikut turun, sampai kemudian polisi mengingatkan," kata Gilang.
Di lapangan kondisi tampak ricuh. Namun, tidak hanya menertibkan di lapangan, Gilang menyebut aparat juga menembakkan gas ke arah penonton di tribun. "Saya di tribun, gas air mata ditembakkan ke tribun, bukan ke lapangan," katanya.
Saat itu, gas air mata menurutnya ada di mana-mana. Gilang merasa mata dan dadanya panas, sesak napas, dan matanya tak berhenti mengeluarkan air.
Seperti dirinya, suporter lain juga mulai turun dan panik, berdesak-desakan, dan sebagian terjepit di lorong menuju pintu keluar.
Ia juga melihat sejumlah tentara berupaya menyelamatkan anak-anak dengan mengangkat mereka melompat pagar agar keluar.
"Saya selamat karena naik lagi ke atas tribun. Yang lain banyak yang terjepit ketika akan keluar," katanya.
Sampai di luar stadion, kondisinya semakin ricuh. ada sekelompok orang yang berupaya merusak mobil polisi. "Ada yang mabuk dan ingin merusak mobil polisi," lanjutnya.
Gilang sedih mengingat kondisi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Apalagi, tiga temannya dari Jember meregang nyawa dalam kerusuhan itu. Sebagian teman meninggal ditemukan di RS Wava Husada, dan satu rekan perempuannya ditemukan meninggal di dalam ruang pemain. "Jenazahnya akan dikirim ke Jember sore ini, jam 3," lanjut Gilang.
Ia menyayangkan kerusuhan tersebut. Gilang berharap polisi tak arogan dan bisa lebih mengayomi ketika terjadi kerusuhan. "Polisi arogan, ndak bisa mengayomi. Gimana kok bisa menembakkan gas ke penonton. Seharusnya ndak perlu," katanya menyayangkan.
Pengakuan serupa juga disampaikan Muhammad Rian Dwi Cahyono. Warga asal Kademangan, Blitar itu sedih mengingat bentrok antara suporter dan aparat keamanan usai laga Arema lawan Persebaya.
Rian yang juga duduk di tribun penonton tepat di bawah papan skor, menyebut jika ia ikut turun ke lapangan bersama suporter lainnya. Rian mengaku hanya ingin menyampaikan protes kepada pemain, agar mereka bisa main lebih baik.
Suporter yang terbaring di IGD RSUD Kanjuruhan itu mengaku sempat bentrok dengan aparat. "Kami dipukul mundur, kemudian ditembak gas air mata," lanjutnya sambil menyebut jika ia terpisah dengan teman perempuannya.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan jika Presiden Joko Widodo menginstruksikan investigasi atas peristiwa itu. "Bapak Presiden memerintahkan agar segera dilakukan investigasi secepatnya, dan harus ada yang bertanggungjawab," kata Muhadjir saat berada di Stadion Kanjuruhan, Minggu 2 Oktober 2022.
Meski tak ada target terkait kapan hasil investigasi bisa diketahui, Muhadjir menyebut harus dilakukan secepatnya. "Yang penting secepatnya," katanya.