Kesaksian Mantan Pengawal Najib Razak Soal Pembunuhan Model Mongolia
Najib Razak adalah Perdana Menteri Malaysia yang menjabat antara dari tahun 2009-2018. Meski sudah tidak lagi menjabat, cerita tentang dirinya masih belum lagi usai untuk diperbincangkan.
Berbagai skandal mega korupsi ditemukan oleh pihak berwenang Malaysia dan kasus pembunuhan seorang model asal Mongolia, Altantuya Shaaribuu pada tahun 2006 yang merupakan wanita simpanan Najib kembali menyeruak.
Siapakah Altantuya Shaaribuu? Dan bagaimana ia bisa menjadi wanita simpanan Najib? Altantuya adalah wanita yang berprofesi sebagai model asal Mongolia. Ia dilahirkan pada tahun 1978 dari pasangan Shaaribuu Setev dan ibunya Sh Altantsetseg.
Ia dibesarkan di Rusia dan mengenyam pendidikan di Prancis dan China. Berkat pendidikan internasionalnya, ia fasih berbahasa Rusia, Inggris, Mandarin dan Prancis dan kemudian tahun 1990 ia kembali ke negara asalnya, Mongolia.
Saat kembali ke Mongolia, ia bekerja sebagai seorang guru karena sesuai dengan jurusan mata kuliahnya, penerjemah bahasa, dan model paruh waktu.
Berkat profesi sampingannya sebagai model, Altantuya sering mendapat job keluar negeri termasuk ke Hong Kong pada tahun 2005.
Saat di Hong Kong itulah ia bertemu dengan Najib yang kala itu masih menjabat sebagai Analis Pertahanan dari Tangki Pemikiran Pusat Penelitian Strategis Malaysia.
Di situlah keduanya menjalin hubungan spesial walaupun Altantuya tahu Najib sudah beristri. Tahun 2006, Altantuya menyusul Najib ke Malaysia yang sudah menjadi Menteri Pertahanan untuk menjalin hubungan kembali dengannya yang sempat renggang.
Bahkan Altantuya nekat pindah ke rumah Najib sesampainya di Kuala Lumpur.
Sirul Azgar Umar, mantan pengawal Najib yang dihukum terkait pembunuhan Altantuya menyebut dirinya sebagai kambing hitam dalam kejahatan politik yang rumit.
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (2/6/2018), Sirul dan rekan sesama pengawalnya, Azila Hadri, dinyatakan bersalah atas pembunuhan Altantuya.
"Altantuya yang tengah hamil diculik di depan rumah Baginda (Najib Razak) di Kuala Lumpur dan dibawa ke sebuah hutan di Subang di mana ia ditembak dua kali dengan senjata semi-otomatis. Jasadnya kemudian diledakkan dengan bahan peledak militer untuk membuang bukti DNA dari janin yang dikandungnya,” ungkap Sirul.
Altantuya diduga Sirul menuntut bayaran atas perannya dalam mengamankan kesepakatan kapal selam Prancis serta pertanggungjawaban atas janin yang dikandungnya. “Saya bukan orang jahat, tetapi kasus ini membuat saya terlihat buruk,” ucapnya.
Pekan lalu, Presiden Mongolia mendesak pemerintah Malaysia yang baru untuk membuka kembali kasus tersebut.