Kesaksian Mahasiswa Unesa yang Diamankan Aparat saat Aksi 'Indonesia Gelap' di Surabaya
Seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berinisial NZ, sempat diamankan aparat serta diduga mengalami kekerasan dari aparat ketika mengikuti demonstrasi ‘Indonesia Gelap’ di depan Gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura Surabaya, Senin 17 Februari 2025 kemarin.
NZ, yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unesa tersebut mengaku sebagai salah satu negosiator dalam aksi unjuk rasa itu. Ia menjelaskan, insiden kekerasan itu terjadi ketika aparat kepolisian mulai menembakkan water canon ke arah massa aksi.
“Waktu chaos sampai water cannon disemprot, saya masih lobbying dengan polisi, terutama provos, karena dari korlap aksi massa dari pada nanti aksi nggak selesai akhirnya lobby pihak polisi agar tidak chaos,” ucap NZ usai dibebaskan, Selasa 18 Februari 2025.
Menurutnya, situasi berubah 180 derajat menjadi ricuh tidak lama setelah penembakan water cannon. Seketika ada aparat yang bertindak represif, yakni memukulnya, menginjaknya, kemudian berusaha menggeretnya.
“Di samping saya ada aksi massa lain tiba-tiba juga chaos. Yang terdekat dengan barisan polisi itu saya, tiba-tiba saya digeret dan terjatuh di barisan barikade polisi. Setelah itu saya dalam posisi jatuh dihantam, diinjak bagian perut, kaki sampai kepala,” ucapnya.
Saat itu, NZ mengaku bahwa dirinya dibawa paksa dengan cara digeret sambul dihajar secara terus-menerus oleh aparat, ke arah dalam Gedung DPRD Jatim. Ia juga sempat merasa lemas hingga tidak sadarkan diri setelah mengalami kekerasan.
“Lalu diamankan digeret ke dalam. Waktu jalan juga masih kena hantam dan sebagainya. Sampailah di depan teras lobby DPRD memang ada aparat polisi masih memukuli saya. Sampai situ (lobby), saya tepar, tidak sadar diri, tergeletak lemas. Lalu dibangunkan satpam,” paparnya.
Setelah kejadian tersebut, NZ pun diamankan dan diberikan pertolongan pertama. Dia sempat diberikan air minum, tetapi kemudian diinterogasi oleh polisi soal data pribadinya, seperti nama dan alamat. Meski tidak mengalami intimidasi verbal, dia menyayangkan tindakan kekerasan yang dialaminya.
Saat itu, NZ mengaku tidak melihat orang lain yang ditangkap selain dirinya. Ia menyatakan bahwa ia adalah satu-satunya massa aksi yang dibawa ke dalam saat itu.
“Ini tindakan represif oleh kepolisian. Saya tidak melakukan kesalahan, tapi dipukuli sampai luka-luka.
NZ pun sempat sempat bertanya kepada aparat alasan dan latar belakang dirinya diamankan dan dipukul. Padahal, dirinya adalah salah satu negosiator yang meminta Ketua DPRD Jatim Musyafak Rouf untuk kembali menemui massa aksi.
“Iya saya tanya kenapa dipukul dan sebagainya? Padahal saya negosiator. Tadi karena memang kondisi tidak kondusif, maka dari itu negosiator turun, tujuannya berkomunikasi dengan polisi agar tidak ada tindakan sifatnya memancing pada aksi massa. Kami ingin kondisi kondusif, tapi ada pancingan dari polisi, akhirnya chaos,” katanya.
NZ pun menyatakan, ia bersama BEM SI se-Jawa Timur sedang mempertimbangkan untuk membawa dugaan kekerasan aparat yang dialaminya tersebut ke meja hijau.
“Saya akan menempuh jalur hukum. Ini sedang dikonsolidasikan dengan seluruh BEM dari Jatim untuk mengawal tindakan represif dari polisi,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kabag Ops Polrestabes Surabaya AKBP Wibowo membantah bahwa pihak kepolisian telah melakukan tindakan pengamanan terhadap massa aksi pada aksi unjuk rasa kemarin.
"Enggak ada, saya tegaskan lagi tidak ada yang diamankan. Semuanya yang dari mahasiswa boleh dikonfirmasi ,apa yang tadi disampaikan isu-isu yang mungkin menurut mereka diamankan dan sebagainya, saya pastikan enggak ada," ucap Wibowo.
Ia pun mengklaim unjuk rasa ‘Indonesia Gelap’ tersebut berjalan relatif kondusif. Dan hanya diwarnai sedikit insiden saling dorong. Wibowo juga mengaku pihaknya tidak menangkap seorang perusuh atau provokator dalam aksi ini.
“Sampai saat ini saya belum menerima laporan itu, tapi tadi ada sedikit dorong-dorongan karena mahasiswa sedikit maju ke depan. Kemudian kita menjaga agar situasi kondusif supaya tidak masuk ke batas yang kita sepakati, hanya dorong-dorongan seperti itu,” tandasnya.
Korlap aksi ‘Indonesia Gelap’ sekaligus Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Jawa Timur, Thaariq Aulia Akbar mengkoreksi bahwa sebanyak dua mahasiswa sempat diamankan pihak kepolisian saat demonstrasi 'Indonesia Gelap' di DPRD Jatim. Sebelumnya, Atta sapaan akrabnya menyebut bahwa pihak kepolisian mengamankan lima mahasiswa pada aksi unjuk rasa di Indrapura, Senin 17 Februari 2025.
"Iya benar, informasi terakhir sudah dikeluarkan, ada dua mahasiswa yang sebelumnya diambil (pihak polisi). Dari Unesa (Universitas Negeri Surabaya) dan Uinsa (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel)," ucap Atta saat dihubungi Ngopibareng.id, Selasa 18 Februari 2025.
Advertisement