Saat Dokter Mata Lain Menyerah, Sahata Masih Berikan Harapan
Ophthalmologi umum dan katarak menjadi bidang dari dr. Sahata PH Napitupulu,Sp.M di Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU). Dia bergabung dengan RSMU sejak 2019.
Dokter yang mengambil kuliah umum di Brawijaya, lalu melanjutkannya pendidikan spesialis di Universitas Airlangga ini sudah banyak menangani kasus katarak dengan penyulit dan bedah refraksinya.
Selama sembilan tahun menangani kasus mata katarak maupun katarak dengan penyulit, menurutnya kesabaran adalah kunci dalam penanganan setiap kasus mata katarak dengan penyulit.
"Saya lebih banyak menangani kasus katarak dengan penyulit, misalnya katarak yang disebabkan penyakit lainnya. Atau katarak karena komplikasi setelah operasi katarak. Sebenarnya semua dokter bisa melakukannya, tapi memang harus sabar karena waktunya lebih lama dari operasi katarak biasa," kata dokter yang berdarah Minang ini.
Justru hal inilah yang membuat dokter dengan sapaan akrab Sahata ini, merasa setiap kasus yang ia tangani memiliki kesan tersendiri baginya.
"Setiap kasus punya cara masing-masing untuk penanganannya. Alat juga relatif sama dengan pengerjaan operasi pada umumnya. Tapi memang butuh ketelatenan dalam mengerjakan kasus katarak dengan penyulit," ujarnya kepada Ngopibareng. id.
Saat ditanya apakah pernah menangani kasus mata katarak yang langka, dokter yang lahir di Malang, 21 April 1968 ini, juga menceritakan bahwa dirinya juga sering mendapatkan kasus yang menantang. Maksudnya, saat dokter lain sudah angkat tangan, tapi dokter Sahata memberikan harapan pada pasien tersebut.
"Kasus yang unik tidak ada, tapi yang menantang banyak seperti sudah periksa ke sana-sini tapi dokternya bilang tidak bisa. Waktu dibawa ke saya, saya bilang ini saya kerjakan tapi untuk fungsinya dilihat saat selesai nanti," jelasnya.
Dan hasilnya, lanjut Sahata, bisa melihat meskipun tidak bisa kembali sepenuhnya. Pasien menjadi sangat senang karena dia bisa berjalan meskipun hanya melihat 2 sampai 3 meter.
Menurutnya, mata merupakan organ kecil yang sangat berpengaruh bagi kehidupan. Kalau mata tidak bisa lihat, seseorang pasti akan menyusahkan orang lain. Atau menjadi beban bagi orang lain. Jadi, peran mata sangat penting.
Uniknya, dokter Sahata meskipun sudah memiliki sub spesialis tapi belum menjalankan pendidikan fellowship. "Saya mengikuti mini fellow saja selama ini dan pengalaman selama ini. Karena di setiap rumah sakit saya belajar semua dari glaukoma, katarak dan lainnya," tutupnya.