Ada Enam Tempat Ibadah Berdiri Berdampingan di Surabaya
Rukun, harmonis, dan menjunjung toleransi umat beragama. Itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan kerukunan umat beragama di perumahan elit Royal Residence Wiyung, Surabaya.
Ada enam tempat ibadah dibangun berdampingan di lahan perumahan sebagai fasilitas umum (fasum). Keenam tempat ibadah tersebut ialah Masjid Muhajirin, Vihara Budhayana, Kapel Santo Yustinus untuk umat Katolik, dan Klenteng Ba De Miao. Untuk ibadah umat Hindu ada Pura Sakti Raden Wijaya, dan GKI Wiyung Royal Residence untuk Kristen.
Enam tempat ibadah ini hanya berjarak sekitar 2 meter tanpa pagar atau pembatas. Dari pantauan Ngopibareng.id, saat masuk tempat ibadah yang berbeda, warga setempat saling sapa dan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.
Sekretaris 2 Forum Komunikasi Antar Rumah Ibadah (FKRI) Royal Residence Surabaya, Danny Nobret menceritakan, awal mula lahan yang digunakan enam tempat ibadah ini akan dijadikan pasar modern.
Namun, beberapa warga mengeluhkan mengenai akses rumah ibadah yang cuku jauh dari unit mereka, pihak pengelola akhirnya memutuskan membangun rumah ibadah.
"Tapi karena pihak pengelola melihat warga lebih perlu tempat ibadah, seperti beberapa saudara muslim kalau salat subuh cukup jauh, karena masjid terdekat ada di daerah Wiyung. Sehingga saudara Muslim meminta kepada pihak perumahan untuk menyediakan rumah ibadah," cerita Danny.
Selanjutnya, pihak pengembang perumahan menilai bahwa rumah ibadah untuk semua agama juga dibutuhkan oleh penghuni Royal Residen Wiyung. Sehingga mereka memikirkan pembangunan tempat ibadah selain untuk umat Muslim. Akhirnya, lanjut Denny, dilakukan pembangunan enam tempat ibadah yang diakui pemerintah.
Toleransi Warga
Menurut Danny, penghuni Royal Residen Wiyung memiliki toleransi yang tinggi di tengah keberagaman suku, ras, dan agama di Indonesia. Sehingga tidak ada penolakan atau keluhan dari penghuni tentang rumah ibadah yang dibuat berjajar.
"Kami merasa tidak apa-apa juga rumah ibadah dibuat berjajar bukan berarti menjadi satu agama tapi justru saling menghargai," kata Danny.
Sikap saling menghargai ini, ujar Danny dituangkan dalam toleransi yang dijalankan antara umat beragama. Misalnya, satu tempat ibadah ingin mengadakan acara, pihak FKRI Royal Residence Surabaya akan melakukan dialog dengan kerukunan umat dari agama lain agar tidak bentrok di hari dan waktu yang sama.
Komunikasi yang baik ini, terang Danny, dilakukan saat bertemu langsung atau melalui grup WhatsApp (WA) para pengurus rumah ibadah.
"Kami mengatur kegiatan besar dalam arti kami melihat bagaimana saudara yang lain. Sehingga kami dalam WA grup forum rumah ibadah itu, di mana saya jadi sekretarisnya. Kami berdiskusi dan berdialog dengan tokoh agama lain apakah di satu waktu ini apakah ada yang ingin mengadakan acara di data," terangnya.
"Kami memang berdiskusi dan tidak mencampuri dalam urusan internal agama masing-masing. Kami hanya berkoordinasi lahan parkir saja, karena kita tahu orang yang akan beribadah akan membawa kendaraan sendiri-sendiri," imbuhnya.
Dukungan Antar Umat
Urusan yang sifatnya agamis menjadi urusan internal rumah ibadah itu sendiri. Tetapi, setiap rumah ibadah yang sedang mengadakan acara keagamaan selalu didukung umat lainnya.
"Justru kalau ada akan kami dukung, contohnya, beberapa waktu lalu ada saudara-saudara di klenteng mau bikin acara pelatihan barongsai dan kungfu. Itu di infonya ke grup dan didukung seperti "Selamat ya", Menarik ya kita boleh ikut enggak? Kegiatan ini terbuka untuk umum," Danny menjelaskan.
Pandemi Covid-19 Tempat Ibadah Ditutup untuk Umum
Saat pandemi Covid-19, enam rumah ibadah tersebut sengaja ditutup untuk umum demi mencegah penyebaran virus. Jadi, selain warga Royal Residen diminta untuk tidak mendatangi tempat ibadah.
Warga setempat tetap melaksanakan ibadah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Aturan 5M seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Para pengurus tempat ibadah tersebut tentu tak mau menjadi klaster baru.
"Warga sekitar perumahan memang ada yang beribadah di sini. Tapi kami mohon maaf agar mereka tidak hadir dulu. Kami mohon izin agar tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Sebab, kami merasa ini masih dalam kondisi pandemi jadi tidak ada kunjungan dari umat di luar warga perumahan," tutup Danny.
Kedatangan Ngopibareng.id di perumahan saat hari Minggu siang, Kapel Santo Yustinus dan GKI Wiyung Royal Residence tampak didatangi beberapa umat Nasrani untuk beribadah. Di sisi lain, umat Muslim tetap melaksanakan ibadah salat dzuhur.
Advertisement