Kerukunan Umat Beragama di Desa Pancasila yang Tetap Terjaga
Umat Hindu kini sedang memperingati Hari Raya Nyepi, merupakan peringatan tahun baru saka, momentum hari penyucian diri bagi umat Hindu dilakukan dengan tradisi tanpa melakukan aktivitas apa pun seperti tahun-tahun sebelumnya.
Perayaan Nyepi tahun ini bahkan tanpa nyala api, termasuk bunyi-bunyian atau suara sekalipun dari percakapan pribadi. Sunyi sepi. Suasana sepi itu juga sangat terasa di Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Meskipun, penduduk di desa yang hanya butuh 15 menit dari pusat kota terdapat beragam agama.
"Sejak pagi tadi suasana di desa terasa sepi. Biasanya orang lalu lalang, tapi hari ini sepi. Ya, mungkin karena bertepatan Hari Raya Nyepi, warga di sini ikut menghormati umat Hindu yang sedang melakukan nyepi," kata Ketua Remaja Masjid Desa Balun, Herman, Kamis, 3 Maret 2022.
Secara turun temurun, Desa Balun ini dikenal memiliki penduduk dengan kehidupan beragama yang sangat rukun dan hidup berdampingan penuh toleransi. Bisa dilihat secara fisik, di desa ini terdapat bangunan tempat ibadah yang lokasinya berdampingan. Masjid berimpitan dengan Pura dan hanya beberapa langkah berhadapan dengan Gereja.
Jangan heran, toleransi beragama dalam bentuk kecil pun bisa didapati dalam kehidupan rumah tangga. Ibu atau bapak beragama Hindu, tetapi anaknya beragama Islam atau Kristen, juga ada di desa Balun.
Contoh keluarga Miyati, 64 tahun, pemilik warung di dekat lapangan desa setempat. Ia penganut Hindu. Anak dan menantunya beragama Islam.
Sutrisno, pengurus gereja setempat mengatakan, sekarang ini Miyati tinggal bersama cucunya yang beragama Islam. Miyati sehari-hari merawat cucunya yang sekolah di kelas 1 Madrasah Ibtidaiah.
"Sejak TK dan sekarang ini sudah kelas 1 MI (Madrasah Ibtidaiah), Bu Miyati setiap hari rajin mengantar cucunya itu sekolah ke MI. Sedang, Bu Miyati sendiri agamanya Hindu. Ini banyak terjadi desa ini," katanya kepada ngopibareng.id.
Pantauan Ngopibareng.id, toleransi antar umat beragama di desa itu sangat kuat. Ketika jelang azan Dzuhur, biasanya setiap masjid mengumandangkan tarhim. Namun, ketika perayaan Hari Raya Nyepi, kumandang tarhim tidak lagi diputar, tapi langsung azan.
Masih banyak bentuk toleransi dan kerukunan umat beragama di Desa Balun ini. Kata Sutrisno, ketika terjadi hari raya bersamaan. Entah hari raya Islam dengan Hindu atau Kristen atau sebaliknya, biasanya salah satu mengalah.
Waktu umat Kristen sedang melakukan ibadah Jumat Agung. Umumnya dilakukan pagi dan siang. Karena siang ada salat Jumat, biasanya ibadah siang diajukan waktunya sebelum salat Jumat. Pernah juga ibadah Minggu bersamaan dengan hari raya Idul Fitri.
"Ibadah Minggu pagi diundur menjadi jam 9.00 atau 10.00. Kalau pas Ramadan, umat Hindu juga dengan toleransinya mengajukan ibadahnya ketika pas ada salat tarawih. Kalau umat Islam ya itu tadi, mengurang kegiatan lewat pengeras suara atau mematikan lampu masjid sebagian ketika pas ada ibadah nyepi," katanya.
Kehidupan kerukunan dan toleransi beragama di Desa Balun masih terjaga hingga saat ini. Tidak salah jika desa tersebut mendapatkan label sebagai desa Pancasila dan sebutan ini sudah diakui secara nasional.
Advertisement