Kerukunan di Indonesia Disorot? Ini Penjelasan Jokowi
Sebagai negara besar yang dianugerahi Allah SWT dengan segala keragaman, aset terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seluruh elemen bangsa merawat dan menjaga tiga hal tersebut, terlebih karena Indonesia dilihat oleh negara-negara lain.
Saat membuka Muktamar ke-9 Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA-PERSIS) di Pondok Pesantren Persis Usman bin Affan, Cipayung, Jakarta Timur, Presiden kembali menyinggung hal tersebut. Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa negara-negara lain mengagumi kehidupan sehari-hari yang ada di Indonesia.
"Kita ini dilihat, negara-negara lain melihat kita. Dalam Konferensi Islam Wasatiyyah yang digagas oleh ulama-ulama kita, ulama-ulama besar dari negara lain datang ke sini, datang di Bogor. Mereka mengapresiasi kehidupan sehari-hari kita," kata Presiden Selasa, 25 September 2018.
Di antara ulama-ulama besar dunia tersebut, lanjut Presiden, Grand Syeikh Al Azhar menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia yang meskipun berbeda-beda tetapi masih bisa menjaga harmoni, kerukunan, dan persaudaraan. Tidak hanya itu, Presiden juga mengatakan rasa kagum itu datang dari Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.
"Bahkan Ibu Rula Ghani, istrinya Presiden Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya 'Presiden Jokowi, dalam konflik dalam perang yang paling dirugikan adalah dua: anak-anak dan wanita'," kata Presiden Joko Widodo.
"Dr. Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya. Beliau menyampaikan kekagumannya setelah saya menyampaikan Indonesia ini memiliki 714 suku tapi bisa hidup rukun alhamdulillah sampai saat ini, dan kita berharap insyaallah sampai akhir zaman," ujarnya.
Kekaguman Presiden Ashraf Ghani itu terlebih karena di Afghanistan ada tujuh suku, di mana dua suku berkonflik, dan tidak pernah berakhir selama 40 tahun.
"Bahkan Ibu Rula Ghani, istrinya Presiden Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya 'Presiden Jokowi, dalam konflik dalam perang yang paling dirugikan adalah dua: anak-anak dan wanita'," lanjutnya.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Kepala Negara kembali mengajak semua pihak untuk terus merawat dan menjaga persatuan, persaudaraan, kerukunan agar kita terus bisa membangun dan menyejahterakan rakyat. Lebih lanjut, Kepala Negara mengingatkan agar perbedaan pilihan politik tidak mencederai tiga aset terbesar bangsa Indonesia tersebut.
"Jangan korbankan persatuan dan persaudaraan kita gara-gara pesta demokrasi itu. Rugi besar bangsa ini. Inilah yang perlu saya ingatkan bahwa sinergi, harmoni, di antara kita sesama anak bangsa, sangat-sangat diperlukan bagi kita menghadapi persaingan, menghadapi kompetisi antarnegara," tuturnya.
Terkait hal ini, Presiden kemudian mengutip satu pernyataan Ahmad Hassan, salah satu tokoh Persis, yang selalu mengedepankan adu ide dan gagasan dibandingkan konfrontasi fisik.
"Beliau pernah menyampaikan dalam tulisannya, menghindari fisik dengan sesama anak bangsa, 'Yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran.' Beliau yang menyampaikan, Tuan Hasan. Jelas sekali. Sekali lagi, marilah kita rawat, kita jaga bersama-sama persatuan, persaudaraan, kerukunan di antara kita," ucap Presiden.
Turut mendampingi Presiden dalam acara ini, antara lain Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Demikian dijelaskan Bey Machmudin, dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden. (adi)
Advertisement