Kerudung Ainun Jadi Obat Rindu Habibie
Rasa cinta dan rindu BJ Habibie kepada mendiang sang istri, Hasri Ainun Besari tetap besar. Ainun wafat di Muenchen, Jerman pada 22 Mei 2010, setelah berjuang melawan sakit kanker ovarium stadium lanjut.
Tiga hari kemudian, jenazah Ainun dipulangkan ke Tanah Air dan langsung dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara pemakaman militer.
Untuk mengenang sang istri, Habibie menggelar pengajian untuk memperingati sewindu (8 tahun) wafatnya Ainun, pada Selasa 22 Mei 2018.
Acara dimulai pukul 17.00 WIB dengan membaca surat Yassin mendoakan Ainun. Tampak Habibie duduk di atas kursi membaca surat Yassin dengan khidmat.
Acara digelar di kediaman Habibie, Jl Patra Kuningan XIII nomor 3, Jakarta Selatan. Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie hadir di lokasi menggunakan pakaian batik bewarna kuning.
Ada pula aktor Reza Rahadian, dan tokoh rohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno turut hadir di acara haul sewindu ini.
Sebelum acara di mulai Habibie dengan Reza sempat berfoto selfie bersama, seperti diketahui Reza merupakan aktor yang memerankan tokoh Habibie di film berjudul Habibie & Ainun.
Para tamu yang hadir membaca surat Yassin dengan khusyuk. Tak terkecuali Franz yang tetap menghormati kegiatan tersebut.
Usai menggelar pengajian, Habibie bercerita tentang kerinduannya terhadap sang istri. Ainun telah menikah dan menjadi teman hidup Habibie selama 48 tahun.
Setiap malam Habibie mengenang Ainun. Sampai-sampai kerudung terakhir yang dipakai untuk menutup jenazah Ainun ia diletakkan di bawah bantal tidurnya.
Hal itu terungkap saat Habibie menjelaskan kain berwarna putih gading kepada wartawan. Kain tersebut dililitkan di lehernya.
“Ini tiap malam di bawah bantal saya, saya bungkus dan ini jilbab penghabisan dia pakai dan waktu dia sebagai jenazah di transport ini penutup wajahnya dan saya pakai,” ujar Habibie sambil menunjuk kerudung Ainun yang ia kalungkan di leher.
Dia mengaku tak kuasa menahan rasa rindu. Namun ia menyadari pengobat rindu terampuh hanyalah doa.
Habibie menuturkan, setiap malam kerap membacakan surat Yasin khusus bagi sang istri dan ibundanya.
“Saya berdoa. Saya baca Yasin tiap malam untuk dua orang. Untuk Ibu Ainun dan ibu yang melahirkan saya,” kata Habibie.
Habibie juga bercerita, hal yang paling dia rindukan adalah saat Ainun marah-marah. Ia mengibaratkan kehilangan sosok Ainun sama seperti laptop yang tidak ada baterai.
“Semua (hal dirindukan). Kalau dia marah-marahi saya, tapi saya nggak pernah berantam sih. Saya berusaha menjadi orang baik. Jadi ini ya saya sederhanakan saja. Anda punya laptop, kalau nggak ada energi, nggak bisa buat apa-apa. Ada laptop, ada energi, tapi tidak ada software juga tidak bisa apa-apa,” ujarnya. (*)