Kernet Pengemudi Bus Maut di Tol Mojokerto Bantah Pakai Narkoba
Hasil tes urine Ade Firmansyah, kernet yang mengemudikan bus maut di Tol Mojokerto, ditemukan kandungan methamphetamine. Pria 29 tahun ini membantah memakai narkoba. Sopir pengganti ini mengaku mengonsumsi obat batuk selama satu bulan belakangan ini.
Ade Firmansyah juga menjelaskan bahwa dirinya sempat minum obat batuk, dua hari sebelum berangkat mengantarkan wisatawan rombongan asal Kelurahan Benowo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya ke Dieng, Yogyakarta.
Pengakuan Ade Firmansyah terungkap setelah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggali keterangan dari pria asal Dusun Sememi, Desa Benowo itu. Interogasi dilakukan di Kantor Unit Laka Satlantas Polres Mojokerto Kota.
Menurut Ketua Sub Komite LLAJ KNKT, Ahmad Wildan, sopir pengganti itu tidak minum obat apa pun sebelum kecelakaan terjadi.
"Dari pengakuan dia tidak minum apa-apa. Cuma dia bilang sebulan sebelumnya batuk tak habis-habis. Dia mengaku mengonsumsi obat batuk. Saya tanya obatnya apa? Sembarang pokok batuknya hilang. Terakhir minum obat batuk dua hari sebelumnya (sebelum berangkat ke Dieng pada Sabtu, 14 Mei). Jadi, dia mengonsumsi obat batuk terus-terusan untuk menghilangkan batuknya," kata Wildan kepada wartawan di Mapolres Mojokerto Kota.
Menurut Wildan, dari hasil Investigasi pihaknya memastikan pengemudi tidak sadarkan diri saat terjadi kecelakaan. Hal itu digambarkan dari gesekan kendaraan dengan guard rail sebelum menabrak Variable Message Sign (VMS).
"Dari situ kita mencoba menyimpulkan ini pengemudi kalau tidak pingsan ya tidur lelap, karena sudah gesrek gitu harusnya ke kanan dia, itu tidak berarti dia benar-benar kalau tidak pingsan, serangan jantung, ya tertidur lelap. Saya memastikan tadi ternyata dia tidur. Sebenarnya pengamanan jalan sudah bekerja hanya saja pengemudinya ini tak sadar-sadarkan diri," ujarnya.
Wildan menyebut, Ade Firmansyah kurang beristirahat saat perjalanan menemani sopir bus mengantarkan para penumpang berwisata ke Dieng, Wonosobo hingga Malioboro, Yogyakarta.
Mereka kembali dari Malioboro ke Surabaya pada Minggu 15 Mei 2022, sekitar pukul 24.00 WIB tanpa menginap di hotel maupun penginapan lainnya. Sehingga para penumpang maupun awak bus kelelahan. Rombongan asal Desa Benowo, Kecamatan Pakal itu sempat mampir ke rest area Saradan, untuk salat subuh. Saat itu, sopir bus Ahmad Ari Ardiyanto tidur di dalam bagasi.
"Saat bus berhenti, saat istirahat, kewajiban kernet menjaga bus, dia tidak ikut tidur. Pengemudinya kan tidur, dia menjaga bus dan barang-barangnya. Artinya, dia tidak efektif dalam beristirahat," ungkap Wildan.
Ade Firmansyah lantas menggantikan sopir utama Ahmad Ari Ardiyanto, saat terakhir berhenti salat subuh di rest area Tol Saradan. Saat itu, Ahmad Ari Ardiyanto tidur di bagasi belakang bus. Saat penumpang mulai kembali menaiki bus, Ade Firmansyah berinisiatif mengemudikan bus PO Ardiansyah tanpa membangunkan sopir utama.
"Ketika jalan dia itu sebenarnya rasa pertemanan jadi melihat pengemudi temannya itu sudah tidur kasihan, penumpangnya sudah siap berangkat mau bangunin temannya tidak enak. Penjelasannya dia nih, ketika saya tanya siapa yang perintahkan Bapak? Tidak ada sih, inisiatif sendiri," ungkap Wildan.
Sebelumnya, bus pariwisata PO Ardiansyah dengan nomor polisi S 7322 UW mengangkut puluhan wisatawan asal Kelurahan Benowo, Kecamatan Pakal, Surabaya mengalami kecelakaan di jalur tol Mojokerto-Surabaya kilometer 712, tepatnya di Kecamatan Jetis, Mojokerto, Senin 16 Mei 2022.
Bus yang dikemudikan Ade Firmansyah melaju dari barat ke timur atau dari arah Jombang ke Surabaya dari Yogyakarta. Kecelakaan tunggal ini mengakibatkan total 15 korban meninggal dunia. Korban luka lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Advertisement