Kerja Kerasnya Steve Jobs, Uangnya Jet Li dan Kesehatannya Dahlan Iskan
Tiga Orang Hebat Ini, Tidak Merokok, Tapi Kalah Oleh Kerja Kerasnya Sendiri
Saat muda, mereka bekerja keras. Pokoknya nyari uang sebanyak-banyaknya. Tidak peduli kesehatannya.
Setelah tua, mereka jatuh sakit. Lalu berobat dengan keras hingga pergi ke penjuru dunia. Asal bisa sehat. Tidak peduli uang habis betapa!
Lalu, apa arti kerja keras, dengan hasil uang yang melimpah, toh pada akhirnya, kesehatanlah yang paling mahal dari semua itu?
Jet Li, Steve Jobs dan Dahlan Iskan, tiga sosok sukses yang patut diteladani, sama-sama anti rokok, tapi justru dihajar penyakit yang mengalahkan ambisinya.
Siapa tak kenal Jet Li? Aktor film laga ini, dipuja di penjuru dunia. Nama tenar dan uang pun melimpah. Tapi apa yg terjadi padanya?
Baru-baru ini, sebuah acara TV di China, menghadirkan Jet Li, dengan wajahnya menua, kulit pucat, mata berderai air mata dan ia nangis dengan sangat menyayat hati.
Jet Li berkata, "Sekarang, aku harus siap menjalani sisa hidupku dengan kursi roda. Hari-hari itu semakin dekat denganku. Maka sayangilah keluargamu, penuhlah hidupmu dengan kasih sayang dan cinta dan jagalah kesehatanmu karena itu yang paling berharga dalam hidupmu."
Tak banyak yang tahu. Sejak 2013 lalu, sebenarnya ia sudah didiagnosis dokter, menderita hipertiroidisme. Penyakit ini membutuhkan penanganan obat jangka panjang. Ini menyebabkan jantung Jet Li mengalami masalah. Ia tidak boleh melakukan olahraga berat.
Cuma Jet Li butuh uang. Ia yang berasal dari keluarga miskin, harus bekerja keras. Film-film laganya banyak menguras tenaga.
Dokter pun mengatakan, "Cuma ada dua pilihan untukmu. Tetap pergi syuting film atau pilih kursi roda?"
Dengan kerja kerasnya sendiri, dia memang berubah dari seorang rakyat kecil menjadi seorang aktor kungfu papan atas di seluruh dunia. Tidak ada orang yang tak mengenalnya.
Cuma penyakitnya makin parah. Di depan TV China itu, wajahnya yang ranum dan menua kayak daun layu ini, Jet Li mengatakan dengan penuh penyesalan, "Uang itu .... bukan segalanya, yang paling penting itu tubuh yang sehat, keluarga yang aman tenteram."
STEVE JOBS
Pesan terakhir Steve Jobs, tak kalah sedihnya dibanding Jet Li.
Seringkali kita berfikir bahwa untuk hidup bahagia kita harus memiliki banyak uang dan kekayaan.
Steve Jobs, mantan bos Apple ini menulis ini:
"Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karena selain kerja, hobiku tak banyak.
Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku, kekayaan, nama, kedudukan semuanya itu tidak ada artinya lagi.
Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.
Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya buat diri gunakan itu sudah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.
Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah — itu hanya ilusi.
Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.
Ranjang apa yang termahal di dunia ini?
Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu. Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.
Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.
Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentaspun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.
Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami – istri dan juga kasih persahabatan antar teman."
DAHLAN ISKAN
Ini kisah mantan bos saya di Jawa Pos Group.
Kerja keras di waktu muda, membuat Dahlan Iskan mengumpulkan kekayaan yang fantastis. Dari seorang kontributor majalah Tempo di Surabaya, ia merubah dirinya jadi Raja Media yang juga pernah jadi Menteri BUMN.
Tahun 80-90-an lalu, Dahlan kerja siang malam. Saya gabung Jawa Pos Group 1993 dan dipensiun dini di JTV tahun 2014. Selama 21 tahun bejerja di Jawa Pos Group saya tahu persis, hampir tiap hari, Dahlan masih di kantor Karah Agung atau Graha Pena hingga dini hari. Saat saya jadi Pimred tabloid X-file (2000-2004), tiap hampir subuh, Pak Dahlan marah-marah di lobi Graha Pena sambil memunguti puntung rokok. Pak Dahlan yang tak merokok ini memang anti rokom.
Sama seperti Jet Li, Dahlan juga "ahli kungfu" dalam bisnis media. Sekarang lebih 200 perusahaan koran dan beberapa TV lokal dimilikinya.
Tapi bagaimana keadaan Dahlan kemudian?
Saat muda bekerja keras pokoknya dapat uang gak mikir kesehatan --- saat tua yang penting sehat berobat kemana pun gak mikir uang mau habis berapa, yang penting bisa sehat.
Dahlan Iskan mengidap hepatitis dan 6 Agustus 2007 lalu, ia menjalani transplantasi hati. Ini karena kanker hatinya, berawal dari hepatitis B yang terlambat diobati. Kini dengan hati barunya, ia menjalani minum obat tiap hari.
Dahlan ----- sama seperti Jet Li dan Steve Jops yang sama-sama tidak merokok, ----'x mengatakan, "Dulu waktu masih kecil saya sering minum air dari sungai, makan sembarangan dengan kobokan dan piring yang sama. Saya menyadari kelak akan berdampak."
Kabar yang beredar di Graha Pena konon Dahlan yang gemar nyruput kopi di meja siapapun di kantornya, tertular dari kebiasaannya itu.
"Saya terpaksa harus operasi ganti hati gara-gara hepatitis. Karena terlambat tahu kena hepatitis dan sudah terlanjur jadi kanker. Tidak ada jalan lain kecuali transplantasi," lanjut Dahlan.
Selama bertahun-tahun, kanker hati menggerogoti tubuhnya. Akibatnya, kekebalan tubuhnya kian menurun. Sampai terjadilah kekhawatiran itu, virus hepatitis B telah merusak hatinya dan nyawanya terancam.
Pada 6 Agustus 2007 lalu, Dahlan Iskan menjalani operasi transplantasi hati. Ia memilih Tianjin First Center Hospital, China, untuk tempat melakukan operasi transplantasi alias cangkok hati.
"Sekarang saya sehari harus rutin minum obat 2 kali, jam 5 pagi dan 5 sore. 2 jam sebelumnya dan 1 jam sebelumnya tidak boleh makan apapun kecuali air putih," jelas Dahlan.
Kini Dahlan harus minum obat seumur hidup. Dan tiap hari, sekarang, Dahlan rajinberolah-raga. Ia sudah ingin melupakan dunia politik. Bahkan ian ingin melupakan masa mudanya yang bekerja keras tanpa mikir kesehatannya.
Jet Li, Steve Jops, Dahlan Iskan, tiga sosok hebat tempat kita belajar hikmah hidup ini, tentang bekerja keras, uang, keluarga, cinta dan kesehatan.
Dan ketiganya, tidak merokok.
Jadi ingat guyonan humor Madura bahwa perokok itu tidak bisa pikun. Kok bisa? "Iya, ndak bisa pikun, karena perokok ndak sampek pikun sudah mathek tak iya."
Cuma guyonan itu tak sepenuhnya benar. Steve Jops tidak merokok, ndak sampek pikun sudah mathek.
Jet Li dan Dahlan Iskan malah terus berjuang untuk bertahan hidup lama, walau tidak merokok.
Pak Dahlan, semoga bapak panjang umur, sehat dan selalu bahagia ya Bapak. Aaminnn.
Karena hidup, bukan untuk menyerah. (damar huda)