WFH Beban Psikologis Lebih Berat dari Kerja Fisik
Dua minggu bekerja di rumah sejumlah karyawan mengaku mulai jenuh. Bekerja tidak bisa maksimal. Sedang pengeluaran untuk belanja harian bertambah besar.
Bekerja di rumah alias Work from home (WFH) ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mencegah penularan pendemi virus Corona yang telah mencemaskan penduduk dunia dan menelan banyak korban.
Program bekerja di rumah akan diperpanjang dua minggu lagi sehubungan dengan Pembatasan Sosial Bersekala Besar ( PSBB ) di Jakarta, yang dimulai 10 April 2020. Bedanya kalau WFH sebelumnya bersifat imbauan, sekarang berubah menjadi perintah yang wajib dilaksanakan. Sebab seluruh perkantoran ditutup, hanya beberapa kantor tertentu yang diizikan buka untuk melayani publik.
Karyawan yang terkena peraturan bekerja dari rumah, sebagian besar menyatakan bete. Bekerja tapi seperti tidak bekerja. Berbeda dengan kalau bekerja di kantor, lebih semangat, bertemu dan bisa berinteraksi dengan teman se kantor.
"Kalau bekerja dari rumah hanya berteman laptop, hawanya laper dan ngantuk melulu," kata Elly, karyawati sebuah bank swasta nasional di Jl Thamrin Jakarta Pusat.
Dua minggu bekerja dari rumah, katanya, tidak bisa bercanda dan makan siang bareng bareng.
"Kangen sama candaan teman teman di kantor," tuturnya kepada Ngopibareng.id, Selasa 14 April 2020.
Berbeda dengan penuturan Sri Wibowo, seorang karyawan Asuransi yang berkantor di kawasan Ratu Plaza Jl Sudirman, Jakarta ini. Ia mengatakan, bicara soal etos kerja tidak ada bedanya. Meskipun bekerja dari rumah tetap disiplin waktu seperti bekerja di kantor.
"Hanya beda lokasi, soal tanggung jawab tetap sama. Apalagi saya bekerja di kantor asuransi, kepuasan pelayanan harus tetap dijaga, meskipun dalam keadaan darurat," kata Sri Wibowo.
Karena bekerja di rumah, teknis pelayanannya yang sedikit berbeda. Nasabah yang biasanya menerima hardcopy berupa kertas sekarang yang diberikan dalam softcopy bentuknya PDF. Jadi nanti polis dikirim pakai email. Hal yang tidak biasa ini yang harus dijelaskan, karena fungsi dan keabsahan softcopy tersebut sama.
Cerita Angriani, seorang karyawati jasa keungan yang berkantor di Chase Plaza Tower Sudirman, Jakarta, lain lagi. Yang pasti bekerja dari rumah pengeluaran bertambah besar. Enaknya bisa berkumpul sama keluarga dan anak.
"Saya baru dua munggu ini berkumpul dengan Kenes (putrinya) dari pagi sampai malam. Karena suami juga kerja anaknya terpaksa diikutkan program 'Daycare' di TPA Sahabat Semut di Kantor Kemenakar RI Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan.
"Kenes saya ikutkan program Daycare sejak umur 3 bulan sampai sekarang hampir 4 tahun. Sebelumnya tiga tahun di TPA Serama Kemenkes RI," kata Anggie sambil memeluk putrinya semata wayang.
"Pagi kami antar ke TPA bersama papanya. Sore pulang kantor, Kenes baru kami jemput. Begitu setiap hari", katanya. TPA Sahabat Semut juga menerapkan belajar di rumah.
"Segi positif WFH yang lain, dulu saya tidak bisa masak, sekarang sudah bisa masak sendiri, tidak mengandalkan Mama," kata Anggie.
Alumni Fakultas Agro Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengatakan, fakta pengeluaran lebih besar kalau bekerja di kantor juga diungkapkan oleh teman temannya.
"Pengeluaran untuk rekening listrik, pulsa, penggunaan air dan uang belanja pasti lebih besar. Karena seluruhnya ditanggung pribadi," katanya.
Suka tidak suka peraturan ini harus dijalankan, karena menyangkut kesalamatan orang banyak terkait penyebaran Covid-19.
"Kita tidak boleh mementingkan diri sendiri," kata putri purnawirawan TNI AD berpangkat kolonel tersebut.
Menteri Sekretaris Negara M Pratikno, soal bekerja di rumah hanyalah sebuah istilah. Soal semangat dan tanggung jawab harus tetap tinggi.
"Biasanya kalau rapat kabinet bisa betemu langsung Bapak Presiden dan para menteri, sekarang rapatnya menggunakan teknologi video-conference.
"Tidak ada masalah, roda pemerintahan tetap stabil dan berjalan normal," kata Mensesneg dalam pesan tertulis.
Bicara kerja di rumah
Psikolog Fika Frahesti Yunita, MPsi mengatakan, memang banyak orang merasa lebih cepat merasa capek selama kerja dari rumah.
Banyak yang merasa heran mengapa, padahal kegiatan mereka berkurang. Perasaan lelah kemungkinan besar terkait denganl beban kerja mental terkait Covid -19 ketimbang beban fisik.
Kelelahan dapat memiliki sebab fisik dan non-fisik. Tapi penelitian juga menunjukkan bahwa kelelahan bisa disebabkan oleh keadaan psikologis, misalnya stres dan kecemasan.
"Pada situasi sekarang, bisa jadi rutinitas yang monoton menyebabkan kita merasa lelah. Oleh karena itu, menghadapi beban psikologis terkait wabah Corona bisa membuat kita kehabisan tenaga," kata psikolog Fika Frahesti.