Kerja Cerdaslah, Rakyat Butuh Kepastian
Saya awali tulisan ini dengan seruan kepada para pejabat negara di pusat dan daerah: Jangan berlarut penjarakan rakyat dalam ketidakpastian! Sudah cukup banyak bermunculan suara di gorong-gorong dan lorong kehidupan rakyat papan bawah yang haus akan hadirnya jawaban atas pertanyaan mereka; kapan ya para pejabat di pusat dan daerah ngurus pandemik hadir satu suara?! Karena yang terjadi malah bersuara saling tumpang tindih, simpang siur dan berkutat di wilayah YES and NO, tanpa kepastian. Akibatnya, rakyat dibuat bingung dan resah menjalankan kehidupan yang tanpa kepastian.
Contoh paling mutakhir di tingkat pusat adalah kasus pro kontra seputar obat cacing Invermectin. Di berbagai belahan bumi, Invermectin secara empirik terbukti berhasil menurunkan angka penularan dan penyembuhan pasien Covid-19. Dalam berbagai kajian kesehatan maupun komentar para ahli di bidangnya, cukup signifikan yang membenarkan bahwa Invermectin adalah obat cacing anti parasitik yang juga memiliki kemampuan untuk mencegah atau menghentikan pengembangan aktivitas virus Covid-19. Sekalipun sejauh ini Invermectin memang tidak penah dan belum bisa dinyatakan resmi sebagai obat anti virus Covid-19.
Secara empirik, keberhasilan Invermectin sebagai salah satu ‘obat’ alternatif melawan keganasan virus Covid-19, tercatat di 33 negara pengguna. Diperkuat dengan catatan bahwa obat Invermectin ini telah melalui 60 kali uji klinis dengan melibatkan 549 ilmuwan, serta melibatkan 18,931 pasien dari berbagai negara (sumber Humaniora). Tingkat keamanan Ivermectin pun dinilai sangat bagus oleh Front Line Covid-19 Critical Care Alliance (FLCCC).
Dan satu hal yang perlu diketahui, belum pernah tercatat ada satu manusia pun yang meninggal setelah mengonsumsi Invermetcin ini. Yang dicatat dan tercatat justru berdampak sebaliknya. Terbukti Invermectin telah berhasil secara signifikan menyembuhkan sejumlah pasien Covid-19 yang mengonsumsinya. Tidak mengherankan bila sang penemu obat cacing yang ternyata berkemampuan multi fungsi ini, pada tahun 2015 dianugerahi Nobel Prize.
Dr. Pierre Kory, Chief Medical Officer FLCCC, telah secara berani menganjurkan agar sekarang inilah saat yang tepat untuk dunia menggunakan Invermectin secara massal demi segera mengatasi Pendemi Covid-19. Karena menurut hematnya menunggu hasil penelitian dari negara-negara maju yang kaya untuk memastikan Invermectin sebagai obat alternatif melawan Covid-19, masih memerlukan waktu cukup lama. Hal mana akan sangat menambah keterlambatan dalam menyetop perluasan Pandemik Covid-19. Toh sampai hari ini, tak satu pun vaksin contohnya, baik vaksin buatan pabrik ABCD, dari Cina, Eropa, maupun Amerika yang bisa dinyatakan sebagai vaksin pembunuh virus Covid-19 yang 100 dijamin… cespleng!
Mungkin saja, mengapa Dr. Pierre Kory dengan berani menawarkan Invermectin sebagai solusi alternatif yang bersifat darurat? Bisa jadi yang ada dalam benak Pak dokter Pierre Kory ini, walau tak terucap, bahwa para pemilik industri raksasa obat-obatan yang sudah merupakan kartel penguasa pasar obat dunia, dengan sendirinya berkepentingan memblok peredaran Intermectin ini. Semata karena dengan beredarnya Invermectin secara luas, sangat berpotensi menurunkan pendapatan triliunan dolar yang telah diproyeksikan dalam program jualan obat mereka. Asumsinya secara konspiratif-hipotetik, tentulah mereka berkolusi dengan WHO sebagai lembaga pemberi stempel YES or NO nya sebuah merek obat untuk dinyatakan layak dan bisa dikonsumsi publik dunia.
Pak Jokowi sendiri agaknya cukup merespon positif ajakan Dr. Kroy dengan memberi lampu hijau kepada menteri BUMN Erick Thohir untuk memproduksi obat ini di dalam negeri. Maka dengan sigap Intermectin buatan lokal pun diproduksi secara massal dan bersifat SEGERA! Tapi yang menjadi keanehan dan membuat rakyat bingung, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ‘polisi’ pemegang stempel YES or NO nya obat mana dan obat apa saja yang boleh beredar di pasar Indonesia dan aman dikonsumsi publik, bersikeras sementara untuk memilih kata NO untuk Invermetcin. BPOM lebih memilih sikap wait and see terhadap produksi Invermectin sebagai obat resmi melawan Covid-19 menunggu hasil uji para peneliti ahli di bawah pengawasan BPOM.
Akibatnya, di pabrik yang memproduksi Invermectin lokal, suasana dan kelancaran kerja mereka jadi tidak lancar dan terhambat. Semua dikarenakan ‘polisi ’BPOM di lapangan sangat aktif dan agresif melakukan pengawasan jalannya produksi secara ketat. Targetnya cenderung untuk say NO to Invermectin! Pokoknya NO untuk diedarkan sampai ada hasil penelitian yang menguatkan bahwa secara medis-akademis-ilmiah, Invermectin bisa digunakan sebagai obat anti Covid-19. Sekalipun kita tahu berapa lama lagi harus menunggu untuk mendapat hasil jawaban yang 100% sohih ilmiah-akademis? Padahal sudah terbukti, Invermectin dikonsumsi mematikan tidak. Sementara menyembuhkan telah terbukti (berdasarkan data pengguna di 33 negara).
Dengan adanya ‘kisruh’ kebijakan antara Meneg BUMN dan Ketua BPOM, rakyat hanya bisa berharap Presiden lebih tegas lagi…Invermectin Yes or NO! Apa untuk masalah yang seperti ini saja harus menunjuk lagi seorang Menko di luar bidangnya untuk menuntaskan? Lalu, apa kata publik? Utamanya publik kelas menengah yang pasti akan lebih nyaring berteriak…Luhut lagi...LBP lagi…! Persis seperti kata iklan teh botol…apa pun masalahnya, solusinya adalah Luhut Binsar Panjaitan! Jangan heran bila grundelan yang belakangan menjadi gunjingan luas di publik kelas menengah akan semakin santer berasumsi…"Sepertinya sekarang ini ada Presiden de Jure dan Presiden de Facto… wuihhhh!!!”
Sementara publik di lapisan menengah bergumam dengan nuansa heavy politik; rakyat di bawah menyaksikan para elite petinggi negara saling berPRO-KONTRA, celoteh mereka sangat lugas melampiaskan kekesalan.."iki piye toh karepe??...Ini apa sih maunya?! Semakin banyak debat semakin banyak yang mati. Nggak kena Covid…eh mati kaliren..kelaparan..ngerti nggak sih?!”
Nah, dalam keadaan seperti ini, semua pembantu Presiden di seluruh level, hanya satu pilihannya: bantu Presiden sepenuhnya, atau risain! Tampilah berani bertanggungjawab dan berhenti selalu berlindung di belakang ketiak Presiden. Singkirkan halangan, termasuk para pejabat eksekutif yang tidak in-line dengan kebijakan Kepala pemerintahan! Agar rakyat tidak terombang-ambing dalam kebijakan yang tarik ulur, buang waktu, dan yang hanya membuahkan hasil berkurangnya kepercayaan rakyat!
Padahal Pak Presiden selalu menginstruksikan..kerja… kerja… kerja!!! Tapi ya jangan cuman kerja keras, tapi kerja yang berkualitas dengan kategori cerdaslah! Agar rakyat terlepas dan terbebas dari pembodohan struktural yang berkelanjutan!
*Dikutip sepenuhnya dari Watyutink.Com