Kerinduan Hati Orang Beriman, Ini Pesan Ulama
“Sebagai seorang Islam, saya selalu merasa ingin dekat dengan orang saleh. Harapan saya sih agar, meski saya menyadari bukanlah orang yang terbaik, saya terus berusaha menjadi orang baik. Ustadz, bisakah saya dijelaskan soal kerinduan hati yang saya maksudkan!”
Demikian soalan yang diajukan Hamidullah Asmani, warga Kejawan Putih Tambak Surabaya, pada ngopibareng.id. Masalah serupa sesungguhnya telah masuk diajukan kepada redaksi kami.
Menanggapi hal itu, KH Luthfi Bashori, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang memberikan pesan-pesan kebaikan kepada umat Islam secara umum. Berikut petikanannya:
Aljaar qablal daar (mencari tetangga sebelum mencari rumah). Ungkapan tersebut di atas sangatlah dalam maknanya. Jika disesuaikan dengan permasalahan kemasyarakatan maka dapat memberi pemahaman, bila ada seseorang yang akan pindah dan mencari rumah baru, maka yang perlu dipertimbangkan adalah mengenal lingkungannya terlebih dahulu, bukan mendahulukan bentuk rumah yang akan dipilih.
Betapa runyamnya jika sudah terlanjur membeli sebuah rumah megah yang sesuai dengan selera, namun begitu ditempati selama satu bulan tiba-tiba dibobol maling, kemudian jarak satu bulan berikutnya dijarah perampok, tak selang beberapa lama didongkel pencoleng, belum lagi gerombolan pemabuk hampir tiap hari datang mentarget dan memalak penghuninya.
Selidik punya selidik, ternyata lokasi rumah baru yang ditempati itu berada di tengah `Kampung Kriminal` dengan ketua RW-nya Bpk. Bromocorah, sedangkan ketua RT-nya Bang Napi.
Barangkali, gambaran di atas adalah akibat dari salah langkah dalam mengambil keputusan saat membeli rumah, yaitu hanya sekedar mempertimbangkan bentuk yang sesuai selera tanpa memperhatikan keamanan dan kenyamanan lingkungan.
Karena itu, alangkah tepatnya ungkapan Aljaar qablad daar (mencari tetangga sebelum membeli rumah) untuk diterapkan dalam kondisi semacam ini.
Ungkapan ini, jika ditinjau dari segi tashawwuf, akan lebih dalam lagi. Bahkan sebagian para wali, kekasih Allah seringkali menerjemahkan ungkapan ini dengan maksud, bahwa jika seseorang telah memiliki keimanan kepada Allah yang sangat tinggi maka hatinya akan lebih merindukan untuk bertemu dengan Allah (Aljaar) dibanding mengharapkan masuk sorga (Addaar).
Artinya, seringkali keikhlasah ibadah yang diamalkan oleh para wali ini, bukan lagi karena ingin masuk sorga, melainkan hanya karena ketaatan murni kepada Allah serta selalu merasakan kerinduan untuk bertemu dengan Allah.
Bilamana mereka ditanya: Apakah anda ingin masuk sorga atau masuk neraka ? Mereka akan menjawab: Bagi kami tidak penting dimana kami akan ditempatkan oleh Allah, di sorga maupun di neraka bukan masalah bagi kami asalkan setiap saat kami dapat bertemu, melihat dan berdialog langsung dengan Allah, karena kami lebih membutuhkan Aljaar qablad daar (mencari tetangga/Allah) sebelum mencari rumah/sorga/neraka).
Keimanan hati para wali Allah ini hampir setiap saat dipenuhi dengan kerinduan kepada Allah, lisan mereka rasanya tak hendak berpisah dengan dzikir mengingat kebesaran dan keagungan Allah, jari jemari mereka laksana jarum jam dalam menghitung biji-biji alat tasbih tak henti-hentinya berputar. Semua ini mereka lakukan hanyalah karena terdorong kerinduan untuk bertemu Allah.
Wujuuhun yauma idzin naadlirah. ilaa rabbihaa naadhirah (Wajah mereka bercahaya dan berseri-seri, saat berkesempatan melihat Tuhannya).
Sayyidah Rabi`ah Al-adawiyyah dalam menghabiskan sisa waktu hidupnya, beliau hampir tidak memiliki waktu selain hanyalah untuk shalat dan sujud kepada Allah.
Saat beliau dilamar untuk dinikahi oleh seorang ulama pada jamannya, beliau menyatakan bersedia menjadi istri asalkan dengan syarat, antara lain calon suami diminta untuk tidak cemburu kepada kekasih sejatinya yaitu Allah, dan calon suami dilarang mengganggu dirinya apabila beliau sedang ber`asyik ma`syuk dengan kekasih sejatinya, yaitu saat beliau menjalankan amalan istiqamah setiap hari melaksanakan shalat sunnah seribu rakaat, maupun saat dirinya tenggelam dalam ke`asyikan bersujud kepada Allah yang tak hendak menyudahi pada setiap waktu yang dimilikinya.
Tentu saja sang calon suami tersebut mundur teratur, karena membayangkan: pertama dirinya tidak selevel dengan derajat keimanan calon istrinya, yang kedua dirinya akan mendapatkan situasi memilih membujang atau mempunyai istri Sayyidah Rabi`ah akan sama saja, karena tidak akan pernah mempunyai waktu untuk menjamah sang istri jika sudah dinikahinya.
Betapa tingginya derajat keimanan Sayyidah Rabi`ah Al-adawiyah dan kerinduannya kepada Allah, sehingga kenikmatan dunia yang berupa cinta terhadap suami maupun kenikmatan melampiaskan nafsu seksual sekalipun halal karena dilakukan dengan suaminya, sudah terkikis habis dalam diri beliua karena dalam kesehariannya sudah terbiasa menikmati kerinduannya kepada Allah SWT.
Ahlul laili fi lailihim aladzdzu min ahlil lahwi fi lahwihim (Orang yang ahli beribadah malam hari akan merasakan lebih nikmat di saat menghabiskan waktu malamnya, dibanding orang yang ahli maksiat disaat melakukan kemaksiatannya). (adi)