Keren, Warga Binaan Lapas Banyuwangi Dibekali Ilmu Barista
Sebuah inovasi dalam pembinaan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dilakukan Lapas Banyuwangi. WBP dilatih kemampuan meracik kopi atau dikenal dengan sebutan barista. Ilmu barista ini diberikan sebagai bekal WBP saat kembali ke masyarakat nanti.
Kepala Lapas Banyuwangi, Wahyu Indarto, menyatakan, pelatihan meracik kopi ini dilaksanakan bekerjasama dengan Yayasan GENNESA (Gendhog Nemu Sariro). Organisasi sosial ini, kata Dia, telah lama memberikan pendampingan rehabilitasi sosial pada warga binaan Lapas Banyuwangi.
“Kami memang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan Yayasan GENNESA dalam rangka membantu melakukan rehabilitasi sosial,” katanya, Rabu, 9 Agustus 2023.
Pelatihan ini, bertujuan melengkapi keterampilan warga binaan yang selama ini sudah dilakukan di Lapas Banyuwangi. Mereka diberikan bekal keterampilan khususnya dalam pengolahan kopi.
“Sehingga dapat membawa manfaat ketika telah selesai menjalani masa pidana. Harapannya, ketika sudah bebas nanti warga binaan dapat mengembangkan keterampilan barista yang telah dimiliki menjadi sebuah wirausaha,” tegasnya.
Ketua Yayasan GENNESA, Tutik Handayani, mengatakan pelatihan barista merupakan wujud kepedulian Lapas Banyuwangi dan organisasi yang dipimpinnya pada warga binaan. Sehingga warga binaan dapat memiliki bekal keterampilan yang dapat dikembangkan untuk mencari sumber penghasilan.
“Meskipun tidak bekerja di kafe, namun temen-temen ini harapannya dapat menjadi owner dari kafe itu sendiri,” jelasnya.
Tidak hanya di dalam Lapas Banyuwangi, pihaknya bersedia melakukan pendampingan pada warga binaan saat sudah selesai menjalani masa pidananya. Tujuannya untuk memberikan kemampuan lebih lanjut terkait ilmu peracikan kopi agar mereka dapat benar-benar menguasai keterampilan barista.
“Bagi teman-teman warga binaan yang ketika bebas nanti masih belum memiliki pekerjaan, bisa menghubungi GENNESA untuk terus kami berikan pelatihan. Karena hal ini juga merupakan salah satu bentuk rehabilitasi sosial untuk pemulihan,” bebernya.
Dijelaskan, menjadi seorang barista membutuhkan kesabaran. Dia menyebut, hal ini juga akan berpengaruh terhadap perilaku dalam keseharian dari warga binaan. Mungkin saja di awal warga binaan belum bisa sabar.
“Namun kita latih untuk bisa sabar, nah itu salah satu korelasinya untuk perubahan perilaku,” terangnya.