Keraton di Indonesia Bisa Dijadikan Destinasi Wisata Kelas Dunia
Kerajaan maupun peninggalan bersejarah di berbagai negara yang bersifat tangible (benda) maupun intangible (tak benda), dimanfaatkan sebagai destinasi wisata untuk mendatangkan turis.
Contohnya antara lain Imperial Palace di Jepang, Winter Palace di Rusia, The Grand Palace di Thailand, Neuschwanstein Palace di Jerman, Topkapi Palace di Turki, maupun Buckingham Palace di Inggris.
Dikemas menarik dengan menyiapkan guide yang handal menceritakan berbagai latar belakang sejarah, hingga menyiapkan baju adat untuk para turis foto. Terbukti berbagai kerajaan tersebut selalu dibanjiri turis.
Pemaparan ini disampaikan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), usai menerima Ratu Pakubuwono dan KPA Widodo Hadiningrat dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Rabu 5 Februari 2020.
Sebab itu, penyelenggaraan Tinggalan Dalem Jumenengan, peringatan naik tahta yang ke-16 sejak Sinuhun Pakubuwono XIII menjadi Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang akan digelar 20 Maret 2020, bisa menjadi momentum bagi Keraton Kasunanan Surakarta untuk melebarkan kiprah.
Tak hanya sebagai wadah melestarikan budaya, adat, tradisi, dan kearifan lokal, melainkan juga menjadi tempat wisata budaya yang mendunia.
"Indonesia melalui Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat harus mulai membuka wisata budaya seperti yang sudah dilakukan berbagai kerajaan di berbagai negara lainnya. Selain untuk menjaga kelestarian budaya, juga bisa mendatangkan pemasukan bagi masyarakat sekitar keraton, serta devisa bagi negara," kata Bamsoet
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa berkolaborasi dengan berbagai keraton yang ada di Indonesia. Keunggulan Indonesia berada pada seni, budaya, dan pesona alamnya.
"Jika dikembangkan secara serius, akan membawa multiplier effect yang dahsyat bagi pembangunan ekonomi bangsa," sambung Bamsoet.
Hasil kajian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor budaya menyumbang 60 persen keunggulan pariwisata Indonesia. Disusul sektor alam 35 persen, dan buatan manusia 5 persen. Pengembangan sektor pariwisata berbasis budaya sekaligus sangat erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat.
"Untuk mewujudkan Keraton sebagai tempat pariwisata berbasis budaya, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu membantu keraton meningkatkan berbagai aspek. Seperti daya tarik, aksesibilitas, maupun fasilitas. Jangan justru keraton ditinggal sendirian dan tak diberdayakan," kata Bamsoet.