BPBD Jatim Target 2.742 Desa Tangguh Bencana
Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta angin kencang yang melanda sejumlah kawasan di Jawa Timur, pada Oktober 2019 lalu, diantisipasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur dengan membentuk desa tangguh bencana.
Pembentukan desa tangguh bencana, menurut Kepala BPBD Jawa Timur, Subhan Wahyudiono, merupakan upaya preventif dalam menghadapi musibah yang bisa datang sewaktu-waktu.
Dipaparkan oleh Subhan saat ini ada 8501 desa dan kelurahan dengan total desa atau kelurahan rawan bencana sebanyak 2.742.
"Namun saat ini baru 612 desa tangguh bencana. Artinya 2.130 desa rawan belum tangguh bencana. Yakni desa yang warganya pro-aktif dalam hal penanganan sampai evakuasi mandiri," tegasnya, usai mengisi acara di Institut Teknologi Nasional, Malang, Senin 18 November 2019.
Desa tangguh bencana menurutnya penting karena 35 persen keselamatan manusia berdasarkan kemampuannya menyelamatkan diri sendiri.
"Seperti apa yang saya sampaikan tadi saat ini mindset penanggulangan bencana itu, lebih ke upaya preventif. Maka saya bilang ke pihak kampus dan mahasiswa agar saat pelaksanaan KKN Tematik bisa diarahkan ke desa-desa rawan bencana," terangnya.
Saat ini, terang Subhan, pihak BPBD Jawa Timur telah bekerjasama dengan 40 perguruan tinggi di Jawa Timur untuk merealisasikan hal tersebut.
"Kami sudah MoU dengan 40 Perguruan Tinggi di Jawa Timur. Nanti untuk lokasi KKN-nya akan diberikan arahan dari pihak BPBD Jawa Timur, di mana saja lokasi desa rawan bencana," ujarnya.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, Wahyudiono Subhan mengatakan sekitar 4 ribu hektar lahan hutan di Jatim terbakar selama periode Oktober 2019. Total luas hutan di Jatim 360 ribu hektar.
"Karena di Jawa timur ini diantara musim pancaroba, yaitu kemarau ke musim hujan ini terjadi angin kencang yang sifatnya merusak dengan kecepatan 45 km/jam," ungkap dia.
Akibat angin kencang tersebut, lanjut Subhan, beberapa daerah di Jatim mulai dari Malang, Banyuwangi, Lumajang dan Bondowoso, terjadi karhutla di Gunung Arjuno, Gunung Raung, Gunung Semeru, Gunung Kawi dan Gunung Ijen.
"Akibat angin kencang itu karhutla sulit dipadamkan, karena ada titik api tersisa, pasti akan membesar jika ditiup angin," terangnya.
Apalagi saat ingin memdamkan karhutla, heli water bombing kesulitan menjatuhkan air di titik api akibat terkendala tiupan angin.
Untuk bencana angin puting-beliung yang terjadi pada 9-11 Oktober 2019, Subhan mengatakan ada beberapa daerah yang terdampak seperti, Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Mojokerto.