Kerap Dapat Kiriman Barang, Tokoh FPI Merasa Diteror
Jakarta: Tokoh Front Pembela Islam Habib Novel Bamukmin merasa mendapatkan teror selama sepekan terakhir. Rumahnya di Jakarta dikirimi barang-barang berbagai ukuran lewat jasa pengiriman.
"Dari sebelum bom di Kampung Melayu, saya sudah dikirimi," kata wakil ketua Advokat Cinta Tanah Air, Senin (29/5).
Novel mencurigai barang-barang itu berisi bahan peledak. Ia mengatakan semenjak hari Senin sampai beberapa hari setelah itu, dia enam kali mendapatkan kiriman barang.
"Saya nggak berani buka dan pegang," kata dia.
Ukuran bungkus barang yang dikirimkan ke rumah Novel yang terbesar tingginya 1,5 meter dengan lebar satu meter, ada juga bungkusan seperti buku, lainnya mirip kotak sepatu," kata Novel.
"Yang pertama dikirim lewat JNE itu sempat diterima karena tidak tahu. Kedua lewat Gojek dan kami tolak, ketiga lewat Grab Bike juga kami tolak dan suruh bawa balik, berikutnya lewat Grab Bike, kemudian yang terakhir lewat Tiki," katanya.
Novel menceritakan kiriman barang yang pertama sempat diterima karena ketika itu belum curiga. Tapi kemudian dia segera sadar.
"Semenjak sebelum bom saya sudah dapat. lama-lama saya kaget begitu ada bom Kampung Melayu," kata dia.
Kecurigaan Novel merupakan rangkaian dari peristiwa yang menimpa anggota FPI belakangan ini.
"Sebelumnya, tempat kumpul FPI juga diteror bom molotov, di tempat saya khotbah juga pernah. Habib Rizieq Shihab juga dapat teror. Jadi rangkaian teror yang luar biasa. saya kebagian ini," kata dia.
Ketika dihubungi, Novel sedang berada di salah satu tempat di luar rumah.
Novel mengatakan telah menanyai teman dan saudara terkait apakah pernah mengirimkan barang dan mereka menjawab tidak mengirim.
"Jadi ini bahaya. Takutnya kan seperti bom buku, kan sekarang ini bom macam-macam," kata Novel.
Novel mengungkapkan semenjak dia punya sikap berlawanan jelang pilkada Jakarta, terutama semenjak ikut melaporkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan agama, dia menerima beragam teror. Tapi ketika itu baru lewat SMS dan telepon.
"Semenjak berkas masuk pengadilan. Saya sudah merasakan teror yang luar biasa, telepon, SMS, puluhan orang semuanya mengancam saya, agar saya ini tidak ikut campur urusan pilkada, dan pelaporan-pelaporan kasus pidana," kata Novel.
"Ini yang saya khawatirkan yang berbentuk barang. Kalau telepon, WA, saya nggak pernah ladenin. Kalau sudah bentuk barang, alamat saya kan berarti sudah diketahui secara jelas," kata Novel.
Novel berencana untuk melaporkan kasus ini ke polisi agar ditelusuri siapa orang yang memesan barang itu. (kuy)