Kerak Telur Kuliner Andalan Warga Betawi yang Sulit Dicari
Masyarakat Betawi punya beragam kuliner yang tidak ditemukan di daerah lain. Setidaknya ada 10 kuliner khas Betawi yang menjadi andalan karena rasanya yang menggoda selera, meskipun namanya kedengaran kampungan.
Ada kerak telur, asinan Betawi, nasi ulam Betawi, ketoprak, semur jengkol, soto tangkar, bubur ase, gabus pucung dan bir pletok.
Sebenarnya masih banyak lagi tapi ada yang tinggal nama karena tergusur kuliner kekinian. Kalau toh masih mampu bertahan, itu pun susah dicari meskipun banyak yang menyukai. Salah satunya adalah 'Kerak Telur.'
Kerak telur merupakan makanan asli daerah Jakarta, dengan bahan-bahan beras ketan putih, telur ayam atau bebek, ebi yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica butiran, garam dan gula pasir. Njlimet kata orang Jawa Timur.
Kerak telur umumnya dimasak menggunakan wajan dan dinikmati saat masih hangat agar rasa gurihnya semakin menggugah selera.
Makanan khas Betawi yang sering juga disebut sebagai omeletnya orang Betawi. Kerak telur biasanya dijajakan oleh pedagang yang ada di pinggir jalan saat ada perayaan di Jakarta. Perayaan memperingati Hari Jadi Kota Jakarta maupun Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
Budayawan Betawi Ridwan Saidi bercerita bahwa kerak telur sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu, kerak telur diciptakan oleh masyarakat Betawi secara tak sengaja. Kerak telur tercipta setelah masyarakat Betawi atau Batavia coba-coba membuat beragam makanan dengan memanfaatkan banyaknya buah kelapa di sana. Dari coba-coba inilah kemudian tercipta kerak telur.
Pada tahun 1970-an, masyarakat Betawi mulai memberanikan diri menjajakan kerak telur di pasaran. Tak disangka, banyak orang menyukai makanan ini. Bahkan, dulu kerak telur menjadi makanan favorit masyarakat kelas elite atau atas di Jakarta. Dan seiring dengan berkembangnya waktu, kerak telur menjadi makanan yang disukai semua kalangan masyarakat. Harga kerak telur pun semakin terjangkau untuk semua orang.
Untuk harga, dibedakan antara kerak telur bebek dan telur ayam. Telur bebek harganya lebih mahal sekitar Rp35.000, sedangkan kerak telur ayam dibanderol Rp30.000. Ada yang menjual dengan harga lebih murah, tapi berbeda rasa.
Mengenai kerak telur, kini masyarakat tak bisa dengan mudah menemukan makanan khas Betawi ini. Kecuali pada saat ada perayaan besar di Jakarta seperti event Jakarta Fair (Pekan Raya Jakarta). Di Jakarta juga telah ada beberapa warung yang menjajakan kerak telur, tapi tidak seramai warteg dan pecel lele asal Lamongan yang ada di mana-mana.
Ridwan yang pernah menjadi anggota FPPP DPRI menyebut 'Kerak Telur' sekarang seolah jadi kuliner wajib saat di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Ada begitu banyak penjual kerak telur.
Di area Pekan Raya Jakarta, mudah sekali menemukan penjual kerak telur yang posisinya berjejer. PRJ memang menjadi ajang tahunan yang mengumpulkan para penjual kerak telur di satu wilayah.
Dari sekian banyak penjual kerak telur, ada seorang penjual namanya Murtaha. Ia meracik sendiri pesanan kerak telur ke para pembeli. "Dia ini langganan saya," ujar Ridwan saat dihubungi melalui gawainya.
Penjual Kerak Telor Legendaris
Salah satu sesepuh masyarakat Betawi, Pak Murtaha, bisa dibilang seorang penjual kerak telur legendaris. Ia sudah berjualan hidangan khas Betawi ini sejak tahun 1975. Orang Betawi Mampang ini, menjalani bisnis kerak telur secara turun temurun. Sedangkan resep yang dia dapatkan berasal dari orang tuanya.
Pak Murtaha membeberkan salah satu rahasia yang dia dapatkan dari orang tuanya, yaitu dengan memasak ketan sampai mengering. Ini akan membuat rasa kerak telur menjadi lebih enak. Selain itu dia juga menggunakan batang rotan untuk mengaduk adonan kerak telur agar lebih mudah tercampur.
Kerak telur yang dijual oleh Pak Murtaha tersedia dalam dua pilihan. Yaitu ayam dan bebek. Yang menjadi favorit banyak orang adalah telur bebeknya. Untuk harganya, kerak telur bebek lebih mahal.
"Saya dulu kalau pesan pakai telur bebek, rasanya lebih gurih," ujarnya.
Selama hampir 46 tahun Pak Murtaha menjual kerak telur di depan salah satu minimarket daerah Tegal Parang, Jakarta Selatan. Namun saat ini ia tidak lagi menjual kerak telur di sana.
Pak Murtaha saat ini hanya menjual kerak telur ketika ada acara festival makanan seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ). Namun jika tidak ada acara seperti ini, dirinya tidak lagi berjualan. Tapi untuk mendapatkan tempat untuk berjualan kerak telur di PRJ bukan gratisan.
Seorang pedagang yang ditemui Ngopibareng.id di Kemayoran, Bang Maman bercerita banyak soal nasib pedagang kerak telur saat ini.
Selain bercerita tentang asal usul kerak telur jualannya, juga sempat curhat mengenai biaya yang dikeluarkan kalau berjualan di PRJ. Untuk bisa hadir dalam acara tersebut, harus menyewa tempat. Untuk ukuran 1,5x 2 meter seharga Rp 25 juta.
Dia mengatakan, butuh modal besar supaya bisa jualan dalam acara tahunan ini. Saat ditanya apakah modal tersebut akan balik, dengan senyuman pak Maman mengatakan, "Ya kalau laris sih bisa," ucapnya.
Meskipun begitu, semangat Bang Maman meneruskan usaha yang diwariskan orang tuanya sangat tinggi. Dia rela berjualan sendirian dari pukul 15.00 hingga pukul 23.00 malam.
Bang Maman juga sempat curhat bahwa ia bingung ketika banyak orang mengambil gambar dan video dirinya yang sedang berjualan kerak telur di PRJ. "Bingung banyak yang ambil foto terus," ungkapnya.
Beruntungnya orang-orang tersebut tidak sekadar mengambil foto, tetapi juga ikut melariskan dagangan kerak telur ini. "Iya setiap beli, difoto," katanya.
Bahkan ada orang bule yang mengajaknya berfoto. Dia bilang makanan semacam ini tidak ada di negaranya. Maman kemudian menirukan ucapan orang bule "Good...good". Pujian diberikan setelah melahap satu porsi kerak telur racikan Bang Maman.