Keponakan Khofifah Maju Pilwali? Ini Profil Lia Istifhama
Media sosial diramaikan dengan munculnya nama bakal calon Wali Kota Surabaya yang akan maju pada Pilwali 2020 mendatang. Salah satunya Lia Istifhama. Tim ngopibareng.id mencari informasi siapa sosok Lia Istifhama.
Sosok Lia Istifhama memang tak asing lagi di mata masyarakat Surabaya. Lia, demikian panggilan sehari-hari Lia Istifhama, merupakan keponakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Dia lahir 35 tahun yang lalu di Jemursari, Surabaya dan dibesarkan di keluarga santri Nahdlatul Ulama. Perempuan berbintang Aquarius ini sosok aktivis dan pekerja keras saat menjadi mahasiswa. Pada tahun 2003 pernah menjadi anggota BEM Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian pengurus PMII Cabang Surabaya dan pengurus Himpunan mahasiswa program studi FISIP Unair.
Selain aktif di organisasi intra dan ekstra, selama mahasiswa Lia juga aktif menulis artikel di sejumlah majalah dan harian umum di Surabaya.
Saat ini ia merupakan menjabat sebagai Ketua III Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya yang juga aktif sebagai dosen dan bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta di Surabaya.
Ibu dua orang anak ini menyelesaikan studi sarjana di dua universitas yakni Universitas Airlangga dan IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sementara gelar Magister atau S2-nya didapat saat berkuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Ekonomi Islam. Kini Lia sedang menyelesaikan studi S3-nya di UINSA.
Semifinalis Cak dan Ning Surabaya tahun 2005 ini merupakan kader dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat ini ia aktif di organisasi sayap partai Wanita Persatuan Pembangunan Jawa Timur.
Lia sempat maju sebagai Calon Legislatif DPRD Surabaya pada tahun 2009 dan Calon Legislatif DPRD Jatim Dapil II 2014, namun kala itu Lia gagal memperoleh simpati masyarakat.
Putri Nahdlatul Ulama Surabaya tahun 2005 tersebut saat ini juga aktif di organisasi sayap NU yakni Fatayat NU Jatim, Lembaga Pengembangan Pertanian NU, Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU dan Lembaga Ta'lif wan Nasyr NU.
Saat ditanya tentang peluangnya maju dalam Pilwali mendatang, Lia tak membantah. Menurutnya, kesempatan maju menjadi bakal calon wali kota sangat terbuka. Sebagai bekal, ia tidak menutup kemungkinan akan berkoalisi dengan calon lain.
"Iya, saya sudah bertemu dengan beberapa calon seperti Muhammad Sholeh, tapi itu masih nanti. Karena proses ini kan masih panjang," kata Lia yang memiliki motto ‘Sekali Layar Terkembang Pantang Mundur Ke Belakang’.
Sempat beredar fotonya bersama Zahrul Azhar As’ad atau akrab disapa Gus Hans, Lia tidak menampik pertemuan tersebut. Menurutnya pertemuan tersebut ialah ajang diskusi dan tidak membahas mengenai koalisi.
“Oh iya itu cuma diskusi saja, saya kan sudah kenal Gus Hans sejak menjadi juru bicara tim pemenangan Khofifah-Emil,” katanya.
Dengan senyum semringah perempuan berusia 35 tahun ini optimis popularitasnya akan segera naik. Bahkan dalam beberapa polling online yang tersebar di grup Whatsapp, nama Lia mulai mendapat voters.
Sebagai kaum muda milenial Lia bercita-cita membangun Surabaya tidak hanya fisik saja, namun juga bagaimana membangun sumber daya manusia yang bermoral, bermodal sosial tinggi dan berkarakter nasionalis dan religius.
Sepertinya Lia juga didukung oleh kaum muda milenial Surabaya yang menamakan Komunitas Milenial Peduli Indonesia (Kompi). Terbukti, Kompi membuat poster yang disebarkan di beberapa media sosial berisi gambar Lia sebagai salah satu kandidat yang akan maju dalam Pilwali Surabaya 2020 dan bersanding dengan beberapa nama besar seperti Azrul Ananda, Arif Afandi, Wisnu Sakti Buana hingga Indah Kurnia.
Sebagai keponakan Gubernur Jawa Timur, tentu dukungan dan restu orang nomor satu di Jawa Timur menjadi penting. Bahkan kabarnya dukungan itu tak hanya sekedar isyarat saja. Saat ditanya itu, Lia tak membantah.
"Alhamdulillah komunikasi ya positif-positif. Namanya juga hubungan darah. Beliau itu yang ngajarin saya banyak hal ketika saya masih berusia belia. Untuk komunikasi pilwali Bu Khofifah mengetahui saya akan maju. Namun, kalau masalah dukungan itu terlalu dini. Karena kita harus menjaga nama marwahnya sebagai gubernur Jatim agar tidak terbebani dengan calon yang mengkait-kaitkan namanya hanya untuk kepentingan sendiri," katanya.