Kepiawaian dan Keberanian Pilot Diuji dalam Evakuasi Pendaki Rinjani
Jangan membayangkan proses evakuasi pendaki Gunung Rinjani yang terjebak di atas gunung semudah membalikkan telapak tangan. Termasuk evakuasi dengan menggunakan helikopter. Proses evakuasi dengan menggunakan helikopter tak bisa dilakukan secara sembarangan.Tak bisa, asal terbang, mendarat kemudian mengambil penumpang. Tak bisa seperti itu.
Proses evakuasi dengan helikopter ternyata juga harus mempertimbangkan banyak faktor misalnya lokasi dan tentu saja kondisi cuaca saat itu. Kepiawaian dan keberanian pilot helikopter sangat menentukan dalam proses evakuasi ini.
Contohnya saja dalam proses evakuasi jenazah Jenazah Muhammad Ainul Takzim (26). Dia adalah, staf Balai Litbang Kementerian Lingkungan Hidup Makassar yang meninggal dalam musibah gempa bumi berkekuatan 6,4 SR pada Minggu 29 Juli) pagi di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Jenazah Ainul Takzim berhasil dievakuasi menggunakan helikopter siang ini.
Direktur Operasional Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Brigjen TNI Mar Bambang Suryo Aji di Lapangan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Selasa, mengatakan, jenazahnya berhasil dievakuasi dari Bukit Pelawangan pada pukul 11.25 Wita berkat kepiawaian sang pilot helikopter Surya Air yang disewa oleh PT AMNT. Surya Air jasa carter helikopter yang dimiliki oleh pabrik rokok terbesar di Indonesia, Gudang Garam. Sedangkan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT), sebelumnya adalah PT Newmont Nusa Tenggara, merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas.
"Meskipun kondisi cuaca yang memang agak gelap (mendung berawan) tapi berkat kemampuan pilotnya, jenazah korban bisa dievakuasi," kata Bambang Suryo.
Sebelum berhasil dievakuasi menggunakan helikopter, jelasnya, tim yang mengambil jenazahnya di jalur Danau Segara Anak-Bukit Pelawangan diminta untuk mencari lokasi terbuka, yang sekiranya bisa menjadi landasan helikopter.
"Karena di areal Bukit Pelawangan yang satu-satunya bisa menjadi tempat mendarat heli, kita minta tim menunggu jenazahnya di sana," ujarnya.
Setibanya jenazah di Bukit Pelawangan, lanjutnya, tim kemudian melaporkan ke pusat komunikasi di Lapangan Sembalun dan melanjutkan rencana evakuasi dengan melakukan pengamatan kondisi cuaca dan berkoordinasi dengan pilot.
"Sampainya di Bukit Pelawangan, tim yang sudah bersama jenazah kita minta untuk menunggu 30 menit. Awalnya dengan pengamatan situasi seperti ini (mendung berawan) kita sarankan jangan dipaksakan (evakuasi jalur udara), tapi beliau (pilot) bilang akan coba," ucapnya.
Dengan kondisi cuaca mendung berawan, pada pukul 11.03 Wita, pilot memilih untuk menerbangkan helikopternya menuju lokasi jenazah. Berselang setengah jam kemudian, helikopter kembali ke Lapangan Sembalun dengan berhasil membawa jenazah Muhammad Ainul Takzim.
"Begitu dia coba, berangkat jam 11.03 Wita, helikopter kembali dengan berhasil membawa jenazah," kata Bambang Suryo. (ant)