Kepergian Dokter Spesialis, seperti Wafatnya Ulama
Wafatnya dr Sulis Bayu Sentono, SpOT, M Kes, di tengah masa pandemi menyisakan banyak kenangan bagi koleganya. Keahlian yang dimilikinya, menjadi faktor penting baginya.
Sulis Bayusentono, seorang Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi. Ia menyelesaikan pendidikan Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.
Selama ini, dr. Sulis Bayusentono, Sp.OT, M.Kes melakukan praktik di Rumah Sakit Royal Surabaya sebagai Dokter Ortopedi. Adapun layanan yang diberikannya, meliputi : Konsultasi pembedahan dikhususkan pada penderita gangguan tulang belakang.
Almarhum adalah anggota Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PWNU Jawa Timur.
"Kita tidak boleh bertanya mengapa Allah mewafatkan dokter di antara para dokter terbaik. Karena memang semua atas kehendak-Nya," tutur Ustadz Ma'ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur, Selasa 18 Agustus 2020.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (Al-'Anbyā': 23)
Tetapi kita masih bisa bertanya kepada sesama kita: "Mengapa kita masih meremehkan dan menganggap kecil Corona ini sehingga para dokter telah banyak yang wafat karena tertular Virus Corona ini?".
Wafatnya seorang dokter -apalagi spesialis- bagi saya tak ubahnya seperti wafatnya ulama khas. Mengapa? Karena Imam Asy-Syafi'i berkata:
«اﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻋِﻠْﻤَﺎﻥِ ﻋِﻠْﻢُ اﻷَﺑْﺪَاﻥِ ﻭَﻋِﻠْﻢُ اﻷَﺩْﻳَﺎﻥِ»
Ilmu itu ada 2. Ilmu kesehatan/ medis dan ilmu agama/ fikih (Al-Hafidz Abu Nuaim, Hilyat Al-Auliya', 8/142)
Demikian pesan Ustadz Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya.
Advertisement