Kepala BPIP, Jejak Langkah Pemberani Prof Yudian Wahyudi
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Kiai Yudian Wahyudi adalah pribadi yang tegas. Berakhlak Islam, tapi tak goyah dalam menyikapi sesuatu performa yang justru menghilangkan kepribadian bangsa Indonesia.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta ini, dilantik Presiden Joko Widodo sebagai pengganti Prof Haryono dari Malang, sebagai Kepala BPIP, Rabu 5 Februari 2020 di Istana Merdeka Jakarta.
Figur Kiai Yudian Wahyudi Asmin pernah menjadi perhatian publik, baik media nasional bahkan International. Itu lantaran memberlakukan kebijakan soal cadar. Sebagai Rektor di kampusnya, Yudian Wahyudi melarang mahasiswa ketika berada di lingkungan kampus yang bercadar.
Saat itulah, terjadi antara pro dan kontra. Hal tersebut persoalan yang membuktikan bahwa Rektor mempunyai kapasitas yang kuat untuk membuat kebijakan.
Bisa dibayangkan, jika yang membuat kebijakan tersebut hanyalah orang biasa saja, pasti sudah hilang ditelan waktu alias tidak akan kuat melawan argumentasi dari kaum radikal. Bisa jadi fisik pun akan bermain sehingga sangat mengkhawatirkan keselamatan jiwa.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Sang Rektor terbukti bisa mengakomodir konflik yang sedang terjadi, baik secara argumentatif maupun manajemen konfliknya. Ini membuktikan bahwa Rektor tidak main-main dalam perkara ini.
Rektor UIN Sunan Kalijaga sangat tegas dan rekam jejak keilmuannya juga jelas. Ia menguasai khazanah keilmuan Timur dan Barat. Semua dikuasai, sehingga wajar jika mengeluarkan kebijakan mampu mengundang perhatian secara nasional bahkan international.
"Ini pasti sudah disiapkan beliau secara akademik, juga secara spiritual. Beliau itu sosok yang kuat secara spiritual, karena beliau seorang kiai yang maqomnya tidak diragukan lagi," tutur Braham Maya Baratullah, Dosen IIQ An-Nur Jogjakarta, memberi kesaksian, seperti dilansir bangkitmedia.com.
Selain memiliki Pesantren Nawasea, Kiai Yudian Wahyudi juga punya Tarekat ‘Sunan Anbia‘ yang memiliki ciri khas amaliah yang tidak sembarangan. Sangat kuat dalam membentuk mental dan berani dalam menghadapi semua persoalan.
"Salah satu amalannya adalah Shalat Hajat, dan bahkan beliau setiap hari melakukan Shalat Hajat," tutur Sekretaris Lembaga Dakwah (LD) PWNU DIJ.
Keilmuan dan spiritual inilah yang tidak bisa dianggap sepele. Kiai Yudian Wahyudi mampu menggabungkan kekuatannya dalam gelar profesor dan kiai sekaligus. Ini yang membuat beliau disegani oleh kalangan intelektual dan agamawan.
Tidak perlu ragu bahwa Prof Yudian Wahyudi memang orang yang pantas bicara untuk persoalan kehidupan beragama yang semakin mengkhawatirkan dan penuh dengan manipulasi simbol keyakinan. Semua ini perlu dibongkar dengan seterang-terangnya tanpa ada prasangka. Inilah yang menjadikan beliau masuk dalam level ‘the higher level of trust’.
Untuk itu, tidak ada salahnya jika persoalan cadar ini akan berujung indah. Semua akan memiliki kesadaran yang tinggi, khususnya umat Islam di Indonesia bahkan dunia.
"Dari polemik ini akan muncul kesadaran dan introspeksi diri bagi umat Islam. Kita harus saling menjaga kebersamaan, sikap saling menghargai, dan semangat kerjasama yang kuat," tutur Braham Maya Baratullah.
Belakangan, dalam catatan ngopibareng.id, Prof Yudian Wahyudi pun tak segan memberikan kritik kepada menteri Kabinet Indonesia Maju. Seperti pernah disampaikan atas kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Ketika itu, Mas Menteri, panggilan akrab putra Nono Anwar Makarim ini, mencoba melakukan kebijakan yang dirasa melecehkan proses pendidikan tinggi secara formal.
Demikianlah di antara jejak Prof Kiai Yudian Wahyudi yang cukup mengesankan publik dan masyarakat secara luas.
Advertisement