Kengedepankan Akhlak dan Ilmu, Ini Pijakan Pikir Buya Syafii
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti berpendapat bahwa pemikiran Syafi’i Ma’arif sebagai salah satu guru bangsa dan negarawan masih perlu lebih dieksplorasi. Menurutnya, masih ada beberapa sisi dari gagasan besar Syafi’i yang belum sepenuhnya tertangkap secara lengkap dan baik.
“Ini penting, sebab tidak terbacanya pemikiran beliau secara utuh membuat beliau sering disalahpahami,” ujar Abdul Mu’ti, dalam keterangan diterima ngopibareng.id.
Mu’ti menilai, sebenarnya sosok Syafi’i Ma’arif lebih mengedepankan pembangunan visi masyarakat yang berakhlak dan berilmu.
Mu’ti mencatat, tema besar yang dibawa dalam gagasan Syafi’i Ma’arif setidaknya terdapat dua hal, yakni pembacaan Al-Qur’an sebagai pedoman etika, dan pembacaan Al-Qur’an secara dialogis sebagai pedoman keilmuan.
“Pak Syafi’i itu sering mengutip Al-Qur’an. Keberanian beliau memperbincangkan Al Qur’an sebagai kekuatan moral tidak pernah bergeser,” jelasnya.
Mu’ti mencontohkan, seringkali di saat ada isu sensitif dan banyak tokoh yang lebih mencari aman dengan cara diam, Buya Syafi’i justru berkomentar dengan membawa semangat kontekstuasi ayat-ayat di dalam Al-Qur’an.
Lebih lanjut, Mu’ti menjelaskan, eksplorasi sisi lain dari gagasan Syafi’i Ma’arif untuk direkam secara utuh dirasa perlu agar gagasannya terbaca dengan baik.
“Seringkali orang yang memperjuangkan kemanusiaan melintasi batas agama sering dilihat bukan sebagai orang yang taat pada syariat. Banyak orang yang keliru melihat Buya sebagai sosok yang liberal karena komitmennya pada pembelaan kemanusiaan. Saya kira Buya itu justru Islamis, dengan tanda petik. Pembelaan pada Islam juga luar biasa tapi dengan corak seorang Ma’arif,” terang Mu’ti, dalam acara Peluncuran Program Sekolah Pemikiran Ma’arif oleh Ma’arif Institute di Aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Selasa (27/3) lalu.
Dalam Rangka Mengenalkan Pemikiran Syafi’i Ma’arif
“Tujuan Sekolah Pemikiran Ma’arif ini adalah mensosialisasikan, melembagakan, atau menginstitusikan pemikiran Buya Syafi’i mengacu pada tema-tema pokok pemikirannya, yakni kemanusiaan, keindonesiaan, dan keislaman,” ujar Mohammad Shofan, koordinator Sekolah Pemikiran Ma’arif.
Program yang akan digelar sampai bulan Juli 2018 itu ditujukan bagi para mahasiswa S1 akhir, yang sudah lulus S1, sampai yang hendak menyusun tesis S2 dari seluruh Indonesia. Untuk mengikutinya, para calon siswa yang tertarik harus membuat esai mengenai tema-tema yang telah ditentukan dengan mencantumkan sumber bacaan minimal lima buku karya Syafi’i Ma’arif.
“Sepuluh sampai limabelas siswa yang terpilih akan dikarantina secara khusus selama 10 hari untuk kegiatan short course,” ujar Shofan. “Selain itu, setiap peserta yang terpilih akan didampingi oleh dua sampai tiga fasilitator,” imbuhnya.
Kendati Syafi’i Ma’arif merasa pemikirannya belum layak untuk dikembagakan, menurut Shofan sikap Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2000-2005 itu tidak lain adalah bentuk kerendah hatian Syafi’i.
Lebih lanjut Shofan menjelaskan bahwa tujuan lain dari Sekolah Pemikiran ini adalah melakukan kaderisasi intelektual dengan gagasan pemikiran Islam Indonesia kontemporer dan memformulasikan peta intelektualisme dan aktivisme Syafi’i.
Shofan berharap generasi muda Indonesia memiliki perspektif, sikap dan pendirian yang relatif sama dalam memotret dinamika, perubahan dan perkembangan kehidupan keberagaman di Indonesia.
“Buya seringkali secara jernih menyampaikan pandangan kritisnya terhadap berbagai permasalahan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan yang seringkali menyimpang dari rel yang seharusnya. Sikap dan pandangan kritis Buya seperti ini yang perlu kita tularkan dan sebarluaskan di kalangan generasi muda, Ma’arif Institute sebagai lembaga yang didirikan untuk menerjemahkan berbagai ide-ide besar Buya Syafi’i, merasa memiliki tanggungjawab besar untuk itu,” jelas Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif Ma’arif Institute.
“Kita ingin mengkader para generasi muda agar memiliki konsen moral-intelektual yang sama dengan Buya Syafi’i,” pungkas Darraz. (adi)