Kenapa Surabaya Jadi Target Bom Teroris?
Pengamat Intelejen dari Institute For Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai, ada pergeseran yang dilakukan para teroris dengan insiden bom di Surabaya, Jawa Timur.
Pasalnya, menurut Khairul, Surabaya selama ini merupakan daerah persiapan (save house) bagi para teroris dalam melancarkan serangannya.
“Surabaya selama ini zona aman bagi sel-sel mikro. Ini sesuatu hal yang menarik sebab terjadi pergeseran, dimana Surabaya sebagai lokasi persembunyian, save house bagi mereka justu menjadi daerah beraksi. Sel-sel mikro ini merasa harus merevisi rencana imbas dari penindakan aparat di beberapa daerah, khususnya tragedi Mako Brimob,” ujar Khairul.
Kejadian rentetan bom di sejumlah gereja di Surabaya lebih pada situasional. Yakni, ada kebutuhan daripada teroris itu untuk segera melancarkan aksinya.
“Pembalasan harus dilakukan dengan cepat di wilayah Timur seperti Surabaya ini lah yang merespon dengan cepat. Sebab, aparat tengah konsentrasi menindak sel-sel mikro di darah Jawa Barat. Sebab setiap gerakan tidak teridentifikasi dengan mudah kapan dan dimana mereka melancarkan aksinya,” terang Khairul.
Pelaku teror bisa saja muncul karena merasa tidak puas, kecewa, serta putus asa dengan berbagai persoalan. Menurut Fahmi, deradikalisasi yang diprogramkan pemerintah belum berjalan maksimal.
“Pemerintah mungkin perlu memikirkan cara yang efektif untuk menggunakan alternatif lain. Misalkan saja melibatkan ormas, tidak melalui agama bisa digunakan saluran komunikasi, sehingga harapan mereka bisa terkelola dengan baik,” urainya.
Menurutnya, selama ini langkah pemerintah melibatkan Ormas belum terlihat nyata, padahal perlu pengontrolan sehingga pengelolaannya bisa diawasi. (*)