Kenapa Bupati Ini Nafsu Banget Beli PCR Sendiri?
Kabupaten ini memang belum sementereng kota tetangganya yaitu Madiun. Namun beruntung, kabupaten di wilayah paling barat Jawa Timur ini, Kabupaten Magetan memiliki sosok kepala daerah yang kaya inovasi. Sosok kepala daerah yang kaya inovasi bisa menjadi penyelamat di saat genting. Seperti saat pandemi Covid-19 sekarang ini.
***
Bupati Magetan, Suprawoto ingat betul ketika daerah yang dia pimpin bersama dengan Kota Surabaya dan Malang menjadi wilayah pertama yang ditemukan kasus Covid-19 di Jawa Timur.
"Tepatnya 11 Maret 2020 yang lalu," kata Suprawoto saat berbincang dalam podcast Black Kopi Arif Afandi, Jumat, 22 Januari 2021.
Mengetahui virus Covid-19 sudah masuk daerah yang dia pimpin, Suprawoto tak begitu panik. Penyebabnya, Suprawoto punya teman diskusi soal bagaimana menangani pandemi Covid-19 ini. Teman diskusinya tak lain adalah anaknya sendiri yang berprofesi sebagai seorang dokter. Kebetulan, anak pertama Suprawoto ini lulusan master dari salah satu perguruan tinggi di Belanda. Dia memahami betul soal pandemi ini.
"Dia bilang, pak suatu saat orang akan terpapar. Tapi jangan terpapar bersama-sama. Oleh sebab itu, ketika dulu banyak kepala daerah yang antusias untuk lockdown, saya malah tidak," ujar Prawoto panggilan akrab Suprawoto.
Prawoto punya alasan sendiri mengapa saat itu dia tak keburu nafsu untuk menerapkan lockdown di seluruh Magetan,--seperti yang dilakukan kepala daerah lainnya. Dia beralasan harus memikirkan warganya jika harus melakukan lockdown. Kegiatan ekonomi warga akan terpuruk. Apalagi, tak mungkin pemerintah dengan APBD-nya bisa mencukupi kebutuhan warganya.
"Saya berdiskusi dengan banyak pakar. Kita putuskan kita lockdown tingkat lokal yaitu RT," kata Prawoto.
Keputusan untuk melakukan lockdown tingkat lokal RT ini ternyata bersambut dengan inisiatif warga dibarengi dengan pemanfaatan teknologi. Muncullah grup-grup WhatsApp untuk saling membantu warga yang sedang menjalani lockdown.
"Justru kemudian masyarakat timbul inisiatif. Masyarakat itu kreatif. Tanpa kita suruh warga membuat grup antar keluarga, antar tetangga untuk membantu warga lainnya. Butuh apa, nanti dicantolkan di pagar," kata Prawoto.
Keputusan lain Prawoto yang patut diacungi jempol dalam menangani pandemi Covid-19 adalah keputusan untuk membeli sendiri alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di awal-awal pandemi. Padahal saat itu, banyak daerah lain yang memilih menunggu bantuan dari pusat untuk mendapat PCR.
Namun, Prawoto emoh melakukannya. Dia malah lebih memilih beli PCR sendiri daripada harus menunggu bantuan PCR dari pemerintah pusat. Bisa dikatakan, Kabupaten Magetan menjadi satu-satunya kabupaten di Indonesia yang memutuskan membeli sendiri PCR di awal pandemi.
Sebelum, memutuskan untuk membeli PCR, Prowoto berdiskusi dengan pakar soal kegunaan PCR ini. Satu hal utama yang selalu ia tanyakan, apakah PCR ini hanya bisa untuk mendiagnosa virus Covid-19. Ternyata, para pakar menjawab banyak manfaat dari alat PCR ini. Selain untuk Covid-19, bisa juga untuk diagnosa HIV, TBC, AIDS, narkoba dan lainnya.
"Kalau begitu beli sekarang. Apalagi anggaran refocusing saat saat itu mencukupi," ujar Prawoto.
Keputusan untuk membeli PCR ini, kata Prawoto selain karena ada banyak manfaat, dia juga memikirkan nasib warganya. Sebagai kabupaten yang berada di paling barat di Jawa Timur, terkendala jarak jika harus memeriksakan uji swab warganya. Semua sampel, harus dibawa ke Malang atau Surabaya. Ditambah lagi, hasil uji PCR itu baru bisa diketahui dalam waktu dua minggu. Paling cepat, seminggu.
"Coba bayangkan, kalau jadi ada warga yang jadi suspect, harus menunggu dua minggu berdiam diri di rumah. Kita sebagai pimpinan daerah harus memikirkan warga kita," ujar Prawoto.
Perbincangan selengkapnya, tunggu tayangan podcast Black Kopi Arif Afandi bersama Bupati Magetan Suprawoto.
Advertisement