Kenang Wafatnya Gus Dur, Khofifah Minta Teladani Sikap Humanis
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengenang sosok Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang meninggal pada 30 Desember tahun 2009 silam. Menurutnya, sosok Gus Dur yang humanis belum tergantikan hingga saat ini.
"Semua pemikiran, cara bertindak dan bersikapnya dapat menjadi referensi dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa," ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu 1 Januari 2021.
Pada 30 Desember 2009, atau 12 tahun lalu, Gus Dur wafat, dan 31 Desember 2009 dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Kabupaten Jombang.
Gubernur Khofifah mengajak masyarakat Indonesia untuk mengadopsi nilai-nilai keteladanan dan pemikiran yang diwariskan Gus Dur. Menurut dia, semasa hidupnya Gus Dur senantiasa menggaungkan nilai-nilai kemanusiaan, pluralisme, inklusivitas dan toleransi.
Nilai-nilai tersebut, kata Khofifah, akan terus relevan dengan situasi dan kondisi di Indonesia yang majemuk dengan keberagaman agama, suku, bangsa, budaya dan adat istiadat. "Termasuk berbagai persoalan dan konflik akibat menguatnya politik identitas, radikalisme, dan berbagai dampak negatif di era disrupsi informasi," ucapnya.
Khofifah yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU tersebut mengaku sangat mengagumi sosok Gus Dur dan juga nilai-nilai yang diwariskannya.
Gus Dur, kata Khofifah, bukan sekadar presiden, melainkan bapak kemanusiaan dunia. Khofifah menyebut bahwa Gus Dur lebih menyukai disebut sebagai sosok humanis daripada pluralis, bahkan, saat akan wafat sempat meninggalkan wasiat sampai tiga kali yang meminta agar batu nisannya ditulis "The Humanist Died Here" (Di sini berbaring seorang humanis).
"Wasiat itu baru saya sampaikan saat Haul Ke-5, saat diminta memberikan sambutan testimoni di dekat makam beliau di Tebuireng," tutur mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan di era Gus Dur itu.