Kenang Sejarah Pertempuran, KAI Daop 8 Gelar Teatrikal Kereta Api Terakhir Surabaya
Stasiun Surabaya Gubeng menjadi saksi bisa dari pertempuran hebat di Kota Surabaya pada medio bulan November 1945. KAI Daop 8 Surabaya bersama komunitas Begandring Surabaya menampilkan teatrikal berjudul "Kereta Api Terakhir Surabaya" di Stasiun Surabaya Gubeng sisi barat, Minggu 17 November 2024.
Executive Vice President KAI Daop 8 Surabaya, Wisnu Pramudyo menjelaskan, aksi teatrikal tersebut melibatkan total sekitar 300 peserta dari komunitas Begandring dan pekerja Daop 8 Surabaya. Lebih lanjut, teatrikal tersebut ditampilkan dengan tujuan untuk mengenalkan nilai-nilai perjuangan dan patriotisme warga Surabaya pada perang melawan tentara Sekutu berbendera Inggris.
“Teatrikal tersebut menceritakan dalam aksi penyelamatan sekitar 3.000 korban dan pasien RS Simpang ke luar Kota Surabaya, dan menjadikan Stasiun Surabaya Gubeng sebagai titik tolak keberangkatan,” terangnya.
Wisnu mewakili KAI Daop 8 Surabaya berharap, dengan disuguhkannya teatrikal "Kereta Api Terakhir Surabaya" ini dapat menyampaikan pesan moral kepahlawanan para pejuang Kota Surabaya, khususnya kepada para calon pelanggan atau pengguna jasa KAI Daop 8 Surabaya yang saat ini didominasi oleh generasi Milenial maupun Gen-Z.
"Kereta Api Terakhir Surabaya bukan hanya sekedar drama sejarah, tetapi juga sebuah refleksi tentang keberanian, solidaritas, dan perjalanan para Pejuang dari Kota Surabaya dalam menghadapi ketidakpastian dan kesulitan," terangnya.
Adapun reka ulang atau aksi teatrikal "Kereta Api Terakhir Surabaya" dilakukan untuk menghormati jasa besar Jawatan Kereta Api dan Tenaga Kesehatan yang melakukan evakuasi total 3.000 korban pertempuran Surabaya dari Rumah Sakit Simpang ke Stasiun Gubeng untuk selanjutnya menuju ke daerah aman.
Evakuasi dilakukan selama tiga malam berturut-turut, mulai pukul 19.00 sampai 02.00 pagi, sejak tanggal 17 hingga 20 November 1945, ditengah bayang-bayang tembakan mortir dan meriam Inggris serta dalam keadaan gelap gulita evakuasi dilakukan.
Hanya nyala temaran lilin di dalam Stasiun Gubeng yang menjadi sumber penerang utama, tandu-tandu berisi korban, perlengkapan Chirug dan alat-alat kesehatan diangkut menuju Stasiun Gubeng, berjejas-jejas Kereta Api Revolusi silih berganti keluar masuk Stasiun.
"Pada hari ini, Minggu, 17 November 2024, kita melakukan reka ulang peristiwa yang benar-benar terjadi di Surabaya, ditanggal yang sama 79 tahun lalu," pungkasnya.