Kenalkan Khasiat Pengobatan Tradisional lewat Seminar
Pengobatan tradisional tidak kalah mujarab dan lebih menyehatkan dibanding pengobatan konvensional oleh dokter. Begitulah yang ingin disampaikan mahasiswa jurusan Pengobatan Tradisional (Battra) Universitas Airlangga kala menghelat seminar yang bertajuk “Be a Good Traditional Healer and be a Good Entrepreneur” .
Seminar yang digelar di Aula Garuda Muka, Kampus A Unair pada Sabtu, (21/9) ini menghadirkan 4 narasumber yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, membahas salah satu jenis pengobatan tradisional dari Timur, yakni akupuntur.
Sesi ini menghadirkan pemilik Teressa Beauty Centre, Dr. Theresia Indah Budhy S dan dosen akupuntur, Maya Septriana. Keduanya sama-sama memiliki pemahaman jika akupuntur baik untuk tubuh juga kecantikan kulit.
“Justru akupuntur itu penting untuk kecantikan, misalnya dalam mengobati jerawat,” ujar Theresia.
Namun kendalanya, banyak masyarakat yang masih belum paham dan percaya akan pengobatan dari akupuntur. Menurut Theresia, masyarakat kini lebih percaya terhadap obat dalam menyembuhkan penyakitnya. Padahal, sebenarnya obat juga memiliki efek yang tidak baik untuk tubuh terutama ginjal.
“Jika ada yang terapi akupuntur di saya, pasti langsung saya suruh membuang obatnya, dan percaya jika akupuntur bisa menyembuhkan tanpa obat,” ungkap mantan dokter gigi ini.
Dia juga mengatakan, banyak orang yang justru takut dengan penggunaan jarum di akupuntur. Beberapa takut adanya sakit yang ditimbulkan kala tubuhnya ditusuk dengan puluhan jarum. Tetapi menurut Theresia, jarum akupuntur yang ketebalannya hanya 4x helai rambut tak akan memberi rasa sakit jika penggunannya benar.
Bagi Theresia, menjadi terapis harus menjunjung kejujuran di atas segalanya. Ia selalu mengatakan berapa besar peluang kesembuhan pasien, entah itu tinggi atau rendah.
Setali tiga uang dengan Theresia, Maya Septriana juga menyadari, menjadi terapis tak boleh memberikan janji keberhasilan 100 persen. Karena baginya, tetap saja perihal kesehatan dan kesembuhan merupakan kehendak Allah.
Maya bersyukur akan profesinya ini. Karena dengan akupuntur, dia bisa menolong banyak orang. Maya menceritakan beberapa pasiennya yang berhasil mendapatkan momongan usai menjalani terapi dengannya.
“Profesi yang paling disenangi orang adalah pengajar dan pengobat, keduanya sama-sama memiliki pahala yang banyak,” ujarnya sembari tersenyum.
Maya menyadari, ke depannya, akan ada banyak tantangan untuk menjadi terapis. Karena seiring dengan berkembanganya zaman, penyakit baru mulai bertumbuhan. Dia pun menyarankan agar mahasiswa memiliki wawasan yang cukup.
“Sekarang kan masuk era digital, akan ada banyak penyakit yang berkaitan dengan IT. Seperti penyakit mata yang kelelahan, tangan terutama jari, hingga bahu. Untuk itu, terapis harus mengikuti perkembangan zaman,” pesan wanita berkacamata ini.
Menduniakan yang Tradisional
Tidak hanya berbincang soal akupuntur, seminar ini juga menghadirkan tema yang membahas produk herbal Indonesia, seperti jamu. Dalam sesi kedua, seminar ini dihadiri dua narasumber yakni Guru Besar Fakultas Farmasi Unair, Prof. Mangestuti Agil dan Pemilik Rumah Reina, Made Ayu Aryani.
Dalam acara yang dihadiri puluhan peserta ini, keduanya sama-sama memiliki tujuan dalam mengenalkan jamu terutama ke anak muda. Langkah ini pun telah lama dilakukan oleh Made yang kini berhasil membuka kafe jamu di Solo.
”Jika sudah punya ide, segera wujudkan. Jangan sampai ide kita diwujudkan orang lain karena tidak terealisasi,” ujar Made.
Made mengaku memiliki ide membuat jamu dari ibunya. Karena dulunya, sang ibu bekerja sebagai Research dan Development di perusahaan jamu. Ia pun bersama sang ibu menciptakan resep-resep jamu yang enak dan bisa disukai anak muda. Melalui jamunya, ia ingin menepis anggapan remaja yang menganggap jamu itu pahit dan tidak enak.
Guna menarik minat anak muda dalam mengonsumsi jamu, Made mengemas jamunya dalam beberapa varian seperti botol hingga “besek” yang berisi bubuk jamu siap seduh. Namun kesuksesannya dalam usaha di bidang herbal ini tak lantas membuatnya puas.
“Saya masih punya banyak PR, bagaimana jamu bisa hits di kalangan anak muda seperti Thai Tea atau Mango Thai,” harapnya.
Sementara itu, beberapa hal yang dilakukan Made disederhanakan Prof. Mangestuti Agil dalam suatu rumus. Dia mengajarkan mahasiswanya menerapkan sistem ATM dalam melakukan sesuatu.
“ATM itu Amati, Tiru, Modifikasi. Ini cara belajar yang paling mudah menurut saya,” ujar wanita berkerudung ini.
Menurut Manges, memperkenalkan jamu ke anak muda memang sangat penting. Ia tidak ingin warisan Bangsa Indonesia ini diklaim oleh pihak asing untuk ke sekian kalinya.
“Beberapa orang asing mengakui rempah-rempah Indonesia memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan. Jangan sampai mereka membeli dari Kita dengan harga murah dan memodifikasinya, lalu dijual lagi ke Indonesia dengan harga mahal,” kata wanita yang juga ahli dalam ilmu pemijatan tradisional ini. (hrs)
Advertisement