Kenali Keputihan sebagai Penanda Kesehatan Alat Reproduksi
Masalah keputihan terkadang juga bisa menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi sebagian wanita. Hal tersebut bisa juga karena keputihan menyebabkan bau kurang sedap, gatal, hingga warna dalam munculnya keputihan tersebut.
Keputihan merupakan kondisi ketika sebuah cairan atau lendir dari dalam vagina. Cairan alami untuk membersihkan dan menjaga kelembapan kewanitaan. Namun terkadang ada pula keputihan yang tidak normal, terkadang hal itu juga bisa menjadi tanda bahwa alat reproduksi mengalami masalah, seperti hormon, atau penyakit kelamin lainnya.
Lalu bagaimanakah cara mengatasi hal tersebut? Berikut ulasan lengkapnya oleh Ngopibareng.id
Definisi dari Keputihan Normal dan Tidak Normal
Keputihan normal terjadi pada wanita yang masih mengalami menstruasi, dan mungkin ibu hamil akan lebih sering mengalami keputihan akibat perubahan hormon. Ketika wanita mulai memasuki masa menopause, barulah keputihan akan berkurang.
Sedangkan cairan vagina yang tidak normal biasanya timbul akibat infeksi bakteri, jamur, atau parasit di vagina. Bahkan hal tersebut juga bisa menjadi salah satu petanda adanya gejala penyakit alat reproduksi wanita seperti Candidiasis, Trichomoniasis, dan beberapa penyakit lainnya.
Jenis Keputihan
- Fisiologis
Keputihan fisiologis (alami) adalah keputihan yang normal. Ciri-ciri keputihan normal antara lain berjumlah sedikit, cair, bening sampai keputihan, tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal.
Keputihan alami dapat terjadi karena perubahan hormonal selama siklus haid, stres, kehamilan, alat kontrasepsi, ataupun aktivitas seksual.
- Patologis
Keputihan patologis (kelainan) adalah keputihan yang tidak normal, yaitu bila terjadi perubahan jumlah, konsistensi, warna, bau, atau disertai keluhan lain (gatal dan rasa terbakar).
Kondisi-kondisi ini dapat menjadi tanda adanya infeksi atau masalah lainnya, seperti benda asing, reaksi alergi, dan lain-lain.
Penyebab Keputihan
Keluarnya keputihan biasanya dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Namun, hal tersebut sebenarnya tidak perlu. Karena keputihan adalah hal yang normal dan lumrah terjadi pada setiap wanita, selain itu keputihan juga sebuah cara alami tubuh membersihkan vagina dan menjaganya untuk tetap sehat. Keputihan sendiri juga berfungsi sebagai pelumas vagina alami untuk melindunginya dari infeksi dan iritasi.
Meski begitu, ada juga keputihan yang tidak normal. Penyebab keputihan tidak normal bisa bermacam-macam, mulai dari infeksi bakteri seperti bacterial vaginosis, infeksi jamur vagina, hingga penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan trikomoniasis.
Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan tidak normal, seperti:
1. Golongan bakteri
Gardnerella vaginalis adalah jenis bakteri anaerob yang tidak membutuhkan oksigen untuk hidup. Jumlah kasus akibat infeksi bakteri ini mencapai 23.6%.
2. Golongan jamur
Candida albicans adalah jamur yang biasanya menyerang organ tubuh yang dilapisi kulit dan dinding (mukosa). Jumlah kasus keputihan akibat infeksi jamur ini paling tinggi di antara jenis infeksi lain, yaitu sekitar 15 – 42%. Keputihan jenis ini meningkat kasusnya pada wanita hamil.
3. Golongan parasit
Trikomonas vaginalis adalah parasit yang menyebabkan keputihan sekitar 5,1-20 persen.
Faktor Risiko dalam Keputihan
Keputihan juga dapat dipicu oleh beberapa faktor risiko yang dapat memperparah keadaannya, seperti:
1. Kurangnya kebersihan pada area vagina.
2. Berhubungan seksual tanpa pengaman.
3. Memiliki banyak partner seksual atau sering berganti pasangan.
4. Menderita penyakit diabetes.
5. Mengonsumsi pil KB.
6. Menggunakan antibiotik atau steroid.
7. Memiliki imunitas yang lemah atau terinfeksi HIV.
Gejala Keputihan
Keputihan yang tergolong normal akan terlihat dari cairan yang keluar dengan tanda sebagai berikut:
1. Tidak berwarna atau berwarna putih.
2. Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat.
3. Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam.
4. Tekstur cairan keputihan dapat berubah tergantung siklus menstruasi.
Untuk keputihan yang tidak normal dapat ditandai dengan:
1. Cairan keputihan berbeda warna, bau, atau tekstur dari biasanya.
2. Cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya.
3. Keluar darah setelah berhubungan seksual atau di luar jadwal haid.
Keputihan yang abnormal ini dapat disertai dengan keluhan:
1. Gatal pada area kewanitaan.
2. Nyeri di panggul atau ketika buang air kecil.
3. Rasa terbakar di sekitar vagina.
Komplikasi Keputihan
Keputihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi jika tidak diobati dengan baik. Apalagi jika keputihan tersebut disebabkan oleh adanya infeksi, maka akan memicu komplikasi masalah kesehatan antara lain:
1. Radang panggul atau PID (Pelvic Inflamatory Disease ) dapat terjadi bila infeksi dari vagina merambat ke atas. Penyakit ini ditandai dengan nyeri tekan, nyeri panggul kronis, atau nyeri perut bawah yang tidak sembuh dengan obat anti nyeri. Biasanya pasien juga mengalami demam.
2. Infertilitas alias kemandulan merupakan komplikasi lebih lanjut dari PID.
3. Kehamilan ektopik yaitu kehamilan dengan janin di luar rahim, misalnya di saluran telur bahkan di rongga perut. Keputihan di masa kehamilan tersebut akan berisiko untuk menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, dan ketuban pecah dini.
Cara Mencegah Keputihan
Selama keputihan yang dialami normal, maka hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Sementara itu, untuk keputihan yang tidak normal, maka ada beberapa langkah utama yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, di antaranya:
1. Membersihkan vagina dengan sabun dan air hangat setelah buang air kecil atau besar, kemudian keringkan. Cara ini untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina dari dubur.
2. Hindari menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air. Cara ini berisiko menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi.
3. Gunakan celana dalam berbahan katun untuk menjaga kelembapan pada area kewanitaan. Hindari memakai celana dalam yang terlalu ketat.
4. Hindari menggunakan sabun atau produk kewanitaan yang mengandung parfum, karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik pada vagina.
5. Jagalah kebersihan vagina selama menstruasi dengan mengganti pembalut setidaknya setiap 3-5 jam sekali.
6. Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari risiko infeksi menular seksual.
7. Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada dokter kandungan.
Mengatasi Keputihan Secara Alami
Masalah keputihan juga dapat diatasi dengan memanfaatkan bahan-bahan alami.
1. Bawang putih
Bawang putih tinggi akan antioksidan dan zat bakteri yang cukup masif. Dengan mengonsumsi bawang putih diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri di dalam vagina dan mencegah masuknya radikal bebas dari luar. Oleh sebab itu, konsumsilah bawang putih atau bisa juga dengan memasaknya bersama sayuran atau daging.
2. Daun sirih
Rebusan daun sirih dapat membantu mengatasi keputihan serta membantu penyembuhan gangguan vagina dari luar. Selain itu, rebusan daun sirih juga dapat membantu mengatasi gatal pada tubuh. Caranya dengan merebus beberapa lembar daun sirih lalu meminumnya rutin setiap hari.
3. Kunyit
Kunyit diketahui berfungsi sebagai antioksidan serta anti radikal bebas. Selain itu, kunyit juga berguna sebagai anti inflamasi. Tak hanya itu, kunyit juga dikenal baik untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi serta memperlancar aliran darah.
4. Plain yogurt
yoghurt tawar mengandung konsentrasi bakteri lactobacillus tinggi. Mereka dapat membantu menjaga pH seimbang di area kewanitaan.
Selain itu, bakteri baik ini dapat memulihkan area yang terinfeksi jamur atau bakteri penyebab keputihan, dan membuat lingkungan vagina menjadi “tidak ramah” terhadap patogen.
5. Delima
Bagian akar, kulit batang, buah, kulit, dan juga bunga delima punya kandungan saponin serta flavonoid. Akar delima juga mengandung polifenol, serta bagian kulit batang, bunga, dan buah juga terdapat tanin. Yang dimanfaatkan untuk mengurangi keputihan secara alami karena zatnya berkhasiat sebagai pembunuh bakteri.
Dalam beberapa jurnal, buah delima memang memiliki fungsi untuk mengatasi infeksi jamur. Namun, khusus untuk mengatasi keputihan sejauh ini belum ada jurnal yang spesifik.
Advertisement