Kenali Gejala Awal Low Vision pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu
Kondisi Low Vision atau penurunan penglihatan hingga 20 persen dari normal banyak dialami oleh anak-anak. Dokter Kitriastuti, Sp.M spesialis mata dari RS Mata Undaan (RSMU) Surabaya mengatakan, gejala awal anak yang menderita Low Vision bisa deteksi oleh orang tua.
Adapun caranya, ujar dokter Kitri, pertama lakukan pemeriksaan dengan cara menutup sebelah mata anak secara bergantian.
"Orang tua bisa menyuruh anak melihat dengan kondisi tersebut, lalu bisa ditanya terang tidak penglihatannya. Kalau ada salah satu yang tidak terang bisa segera diperiksakan," ujarnya, Sabtu, 29 Juli 2023.
Kedua, lanjut dokter Kitri, cara yang bisa dilakukan untuk deteksi Low Vision adalah meminta anak untuk melihat jarak jauh, apabila ada keluhan pandangan jarak jauhnya tidak jelas juga harus diwaspadai.
"Gejala lain yang bisa dilihat bila anak mengalami Low Vision adalah penglihatan sedikit buram ketika petang. Misalnya, waktu magrib suka nabrak-nabrak pas jalan, itu juga harus diwaspadai," paparnya.
Menurutnya, saat ini di RSMU bisa menanggani dua sampai tiga pasien setiap minggunya. Tidak hanya dari Surabaya, pasien juga berasal dari luar kota, karena RSMU merupakan rujukan dari Indonesia bagian timur.
"Untuk pemeriksaan Low Vision saya khususkan di hari sabtu, rata-rata dua sampai tiga pasien dalam seminggu," jelas dokter Kitri.
Kondisi Low Vision bisa karena kongenital atau bawaan sejak lahir. Sehingga orang tua khususnya ibu diharuskan menjaga kesehatan anak sejak dalam kandungan, untuk menghindari resiko Low Vision.
Sebelumnya dokter dari divisi kelainan Refraksi dan Optimologi Visual ini menjelaskan, Low Vision adalah kondisi menurunnya kualitas penglihatan, dimana penglihatan hanya tersisa 20 persen dari keseluruhan penglihatan normal. Kondisi ini juga termasuk gangguan penglihatan kronis yang tidak dapat diperbaiki melalui prosedur medis.
"Jadi Low Vision itu kondisi penglihatannya hanya tinggal 20 persen dari 100 persen (penglihatan normal. Istilahnya begini setelah dilakukan terapi secara maksimal dan dikoreksi, penglihatannya tetap 20 persen. Itu Low Vision," tandasnya.
Low Vision bisa dialami anak-anak hingga usai tua. Untuk itu, dokter dari divisi kelainan Refraksi dan Optimologi Visual ini menjelaskan, dari jenisnya Low Vision dibagi menjadi dua. Pertama adalah kongenital (bawaan sejak lahir) dan kedua ialah Low Vision yang didapatkan, karena komplikasi suatu penyakit.
Low Vision kongenital biasanya disebabkan oleh beberapa faktor resiko, seperti bayi lahir prematur, saat kehamilan ibu mengalami sakit, setelah lahir bayi mengalami kejang dan sebagainya.
Advertisement