Kenali dan Waspada Pedofil di Sekitar Kita
Sinetron Suara Hati Istri: Zahra yang tayang setiap sore hari di Indosiar menuai protes. Pemicunya, pemeran istri ketiga Pak Tirta, Lea Chiarachel Fourneaux, diketahui baru berusia 14 tahun. Artis pendatang baru ini kelahiran Bali 5 Oktober 2006. Artinya, baru empat bulan lagi, dia genap berusia 15 tahun.
Bukan hanya status pernikahannya, sinetron itu juga dikecam lantaran adegan suami istri yang ditampilkan. Judul Malam pertama Zahra dan pak Tirta! Istri Pertama dan Kedua Panas? serta Zahra Hamil! Pak Tirta dan Zahra Semakin Mesra yang menjadi sorotan netizen di media sosial.
Banyak yang mengadukan persoalan ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Salah satu poin aduan, sinetron tersebut dinilai mengampanyekan pedofilia.
Pengertian Pedofilia
Pedofilia itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedo (anak) dan philia. Jadi, pedofilia adalah gangguan seksual yang berupa napsu seksual terhadap remaja atau anak-anak di bawah usia 14 tahun. Orang yang mengidap pedofilia disebut pedofil. Seseorang bisa dianggap pedofil jika usianya minimal 16 tahun.
Keintiman seksual dicapai melalui manipulasi alat genital anak-anak atau melakukan penetrasi penis sebagian atau keseluruhan terhadap alat genital anak. Sering juga anak-anak dipaksakan melakukan relasi oral genital atau anal genital. Kebanyakan kaum pedofilis adalah pria, tetapi dalam pemusatan hasrat erotisnya sering juga melibatkan anak perempuan.
Pedofilia sebagai gangguan atau kelainan jiwa, memicu seseorang untuk bertindak dengan menjadikan anak-anak sebagai instrumen atau sasaran dari tindakan itu. Umumnya bentuk tindakan itu berupa pelampiasan napsu seksual.
Bentuk penyimpangan seksual pedofil disebut pedofilia. Penyimpangan ini termasuk bagian dari gangguan seksual parafilia. Parafilia sendiri adalah fantasi, dorongan, atau gairah seksual menyimpang yang melibatkan objek, aktivitas, atau situasi yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan gairah seksual.
Perilaku Pedofil
Perilaku pedofil umumnya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda. Pelaku biasanya memiliki fantasi dan dorongan seksual terhadap anak-anak di bawah usia 14 tahun. Untuk disebut sebagai pedofilia, gangguan ini harus terjadi setidaknya selama 6 bulan. Umumnya, korban seorang pedofil adalah anak yang ia kenal, misalnya anak dari tetangga atau anak dari kerabatnya.
Pedofilia berbeda dengan kekerasan seksual terhadap anak. Pedofil memang memiliki ketertarikan seksual terhadap anak-anak, tetapi kondisi ini tidak membuatnya selalu ingin melakukan pemaksaan kontak seksual.
Pedofil umumnya akan mendekati seorang anak dengan memberikan iming-iming hadiah atau perhatian dengan mengajaknya jalan-jalan. Setelah itu, barulah pedofil akan melanjutkannya dengan percakapan intim dan sentuhan seksual.
Pada tahap ini, anak biasanya sudah merasa dekat dengan pedofil tersebut sehingga merasa sungkan atau bahkan takut untuk menolak. Anak-anak yang kesepian, tertekan, atau kurang mendapat perhatian dari orang tuanya adalah kelompok anak yang paling rentan terhadap perhatian-perhatian khusus dari pedofil ini.
Kendati kebanyakan pedofil tidak melakukan pemaksaan kontak seksual, perilakunya tetap bisa membawa dampak buruk pada kesehatan mental korbannya. Anak yang menjadi korban pedofil biasanya akan merasa terisolasi, frustrasi, mengalami gangguan kecemasan, hingga depresi.
Ciri-Ciri Pedofil
Untuk melindungi anak Anda dari pedofil, Anda perlu mengetahui ciri-ciri pedofil terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
- Sering mengakrabkan diri dengan anak-anak
- Sering memberikan hadiah atau mengajak anak jalan-jalan
- Sering mencari alasan untuk bisa berdua saja dengan korbannya
- Kerap menonton konten-konten pornografi anak
- Senang melihat dan memperhatikan anak yang disukai
- Cenderung ingin menyentuh anggota tubuh anak, biasanya dimulai dari anggota tubuh yang tidak privat, seperti merangkul
- Jarang bergaul dan lebih suka menyendiri
- Bisa mengakui dan merasa bersalah atas nafsu seksualnya pada anak-anak
- Bisa memiliki masalah penyalahgunaan NAPZA
Penyebab Seseorang Menjadi Pedofil
Hingga kini, penyebab seseorang menjadi pedofil belum diketahui secara pasti. Ada studi yang menyebutkan bahwa gangguan ini bisa didapatkan dari keluarga. Namun, masih belum jelas apakah ini terkait faktor genetik atau pola perilaku yang diturunkan.
Selain itu, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi pedofil, antara lain:
- Pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak
- Pernah mengalami cedera kepala pada masa kanak-kanak
- Memiliki kelainan pada otak
Diagnosis Pedofilia
Memastikan diagnosa dari pedofilia sulit dilakukan karena kebanyakan pengidap tidak menunjukkan emosi, bahkan ketika bertemu langsung dengan dokter. Untuk mendiagnosa pedofilia, diperlukan informasi lengkap tentang pasien. Informasi lain juga harus dikumpulkan dari keluarga, kemungkinan korban, organisasi hukum, atau masyarakat.
Penanganan untuk Pedofil
Penanganan untuk pedofil biasanya bertujuan untuk membantu individu pedofil agar mampu mengelola perasaan dan ketertarikannya pada anak kecil. Dengan begitu, individu pedofil diharapkan bisa menahan diri untuk tidak melanjutkan perasaannya tersebut menjadi aktivitas seksual.
Berikut ini adalah beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani individu pedofil:
1. Terapi perilaku kognitif
Ini adalah terapi bicara yang dilakukan untuk memodifikasi pikiran dan perasaan seorang pedofil terhadap anak-anak. Terapi perilaku kognitif umumnya dilakukan dengan cara meningkatkan empati Si Pedofil terhadap anak-anak korban kekerasan seksual, sehingga ia tidak terdorong untuk melakukan tindakan yang sama.
Melalui terapi ini, seorang pedofil juga akan dilatih untuk mengantisipasi situasi yang bisa meningkatkan risiko pelecehan seksual terhadap anak dan bagaimana cara menghindari atau mengalihkan keinginan seksualnya dengan sesuatu yang lebih positif.
2. Obat-obatan
Selain psikoterapi, psikiater juga mungkin akan meresepkan obat-obatan, seperti medroxyprogesterone acetate dan leuprolide acetate. Pengobatan ini dilakukan untuk menekan produksi hormon testosteron, sehingga gairah seksual si pedofil bisa menurun.
3. Family System Therapy
Terapi ini melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada penderita pedofilia untuk berubah.
4. Cognitive Behavioral Therapy
Metode terapi ini digunakan untuk mengenali pemikiran, perasaan dan perilaku yang kurang tepat tentang suatu hal pada pengidap. Tujuan dilakukannya CBT adalah untuk memodifikasi pemikiran dan perasaan terhadap anak-anak. Terapi ini juga dapat membantu orang dengan pedofilia agar lebih berempati dengan anak korban kekerasan seksual, sehingga tidak terdorong untuk melakukan tindakan serupa.
Jangan Ragu ke Psikolog atau Psikiater
Penanganan untuk seorang pedofil biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilannya juga tergantung pada orang itu sendiri. Hasil terbaik bisa didapatkan jika penderita pedofil secara sukarela dan bersungguh-sungguh menjalani seluruh rangkaian perawatan dan pengobatan yang diberikan untuknya.
Meski kebanyakan perbuatan pedofil mengerikan dan tidak bisa diterima, ingatlah bahwa ada juga pedofil yang merasa frustrasi akan perasaan yang ada di dalam dirinya. Ia tahu bahwa hal ini salah, tetapi kesulitan dalam menahannya.
Oleh karena itu, apabila Anda mengenal orang yang memiliki ciri-ciri pedofil atau mungkin Anda sendiri merasa terganggu karena mengalami ketertarikan kepada anak kecil, jangan ragu untuk mendatangi psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat.
Cara Cegah Pedofil
Memang tidak ada cara khusus untuk mencegah terjadinya pedofilia, tetapi ada beberapa cara berikut yang dapat dapat dicoba untuk menghindarinya.
1. Membangun dan menjalin hubungan serta komunikasi yang baik antara orangtua dengan anaknya.
2. Mengajarkan anak berinteraksi sosial.
3. Memberikan edukasi seksual sederhana sesuai tahapan usia, seperti bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.
4. Selalu memperhatikan aktivitas anak, termasuk mengawasi bacaan, serta tontonan anak, jadi orang tua juga harus berperan menjalin kedekatan dengan anak.