Kena Dilan-Effect, Ini Hal yang Paling Berat Menurut Wali Kota Risma
Jika di film Dilan 1990, dikatakan hal yang paling berat adalah rindu, tapi tidak bagi Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini. “Hal yang paling berat ketika diantara dari kalian ada yang berurusan dengan polisi dalam hal negatif, itu yang paling berat,” ujarnya saat, memberi pengarahan kepada para pelajar beserta orang tua siswa di SMP Negeri 8 Surabaya.
Kamis, 15 Februari 2018, kegiatan ini merupakan langkah kongkrit dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mencegah timbulnya persoalan kenakalan remaja, khususnya dari kalangan pelajar sekolah.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dihadapan ratusan pelajar menyampaikan beberapa poin diantaranya pentingnya dalam menghormati orang tua. Menurutnya, sikap menghormati orang tua merupakan kunci utama dari awal kesuksesan seseorang.
“Tolong jangan sia-siakan mereka, kalian punya orang tua yang luar biasa, masih banyak diluar sana orang tua yang tidak peduli kepada anaknya,” katanya.
Selain itu, Wali Kota Risma juga mengajak para siswa untuk tidak selalu melihat kekurangan yang dimiliki mereka. Ia juga menegaskan kepada para siswa bahwa kekurangan yang dimiliki jangan dijadikan penghalang untuk meraih kesuksesan.
“Mari kita buktikan pada dunia bahwa kalian bisa, kalian adalah cucu para pejuang yang tidak pernah ada kata menyerah. Where there's a will, there's a way,” tuturnya.
Perempuan berjilbab ini juga mengatakan di era modernisasi ini penjajahan tidak seperti pada jaman kolonial. Saat ini, cara paling mudah untuk menghancurkan suatu negara adalah dengan mempengaruhi para generasi muda dengan narkoba. “Yang namanya modern itu bukan seperti minum-minuman keras dan pakai narkoba. Makanya anak-anakku, kalian jangan ikut-ikutan, jangan mudah percaya sama orang,” pesan wali kota.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini memang sangat mencintai anak-anak. Kehadiran Risma di SMP Negeri 8 Surabaya menunjukkan betapa pedulinya ia menempatkan anak-anak sebagai salah satu concern utama untuk diperhatikan.
Menurutnya, peran serta orang tua juga sangat diperlukan dalam ikut mengawasi perkembangan anak, pengawasan tidak hanya dari satu sisi namun peran serta orang tua dan pengaruh lingkungan juga perlu diperhatikan. “Makanya kita buatkan ruang-ruang positif seperti taman, perpustakaan dan BLC. Tujuannya juga untuk anak dapat lingkungan yang positif,” ujarnya.
Kedepan, wali kota mengungkapkan, selain sekolah kebangsaaan, kegiatan seperti ini juga akan terus dilaksanakan, sebagai bentuk upaya Pemkot Surabaya dalam melakukan pencegahan dini terhadap persoalan kenakalan remaja. “Dulu awal saya jadi wali kota, banyak kasus trafficking dan kenakalan. tapi sekarang relatif turun karena sekolah ada fasilitas dan banyak aktifitas, sehingga energi mereka tersalurkan, dampaknya kenakalan remaja turun di Surabaya,” pungkasnya. (frd)