Kemuliaan dan Kecerdasan, Kisah Hikmah yang Menggetarkan
AIkisah, Abdullah bin Abbas adalah termasuk bangsawan yang murah hati dan dermawan. Suatu hari, pada saat ia kembali dari Syam menuju Hijax, ia istirahat sejenak di sebuah tempat.
Ia meminta pelayannya mengambilkan makanan, Namun, mereka tidak mendapatkannya karena kehabisan. Abdullah bin Abbas berkata kepada salah seorang dari mereka:
“Carilah di tempat ini. Barangkali, engkau menemukan seorang penggembala atau seseorang yang membawa susu atau makanan.”
Bersama pelayan yang lain, ia pergi. Di daerah tersebut, ia bertemu dengan seorang nenek. Mereka menyapa:
“Apakah engkau mempunyai makanan yang bisa kami beli?”
“Makanan yang dijual, kalian tidak akan menemukannya. Aku hanya mempunyai makanan untukku dan anak-anakku," jawab si nenek.
“Di mana anak-anakmu?" tanya para pelayan.
“Mereka di rumah. Ini adalah bejana makanan yang akan aku berikan kepada mereka,” ujar si nenek.
“Apa yang kamu persiapkan untuk dirimu dan anak-anakmu?" tanya para pelayan.
“Roti tawar yang aku panggang dengan arang panas," jawab si nenek.
“Apakah ada makanan lain selain itu?" tanya para pelayan lagi.
“Tidak ada sama sekali,” tegas si nenek.
“Berikanlah sebagian makanan itu kepada kami," pinta para pelayan.
“Bila setengah, aku tidak akan memberikannya. Akan tetapi, bila semuanya, maka ambillah!" kata si nenek.
Atas Permintaan
“Bagaimana engkau enggan memberikan setengah, Nek, namun malah memberikan permintaan seluruhnya?” tanya para pelayan.
“Benar, sebab pemberian setengah hanyalah suatu kekurangan, Dan, pemberian keseluruhan adalah kesempurnaan dan kelebihan, Maka, aku mencegah sesuatu yang menjatuhkanku, dan membe. rikan sesuatu yang mengangkatku," jelas si nenek.
Mereka mengambil makanan itu dari si nenek. Sementara, si nenek sama sekali tidak menanyakan siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Ketika mereka sampai kepada Abdullah dan menceritakan kisahnya bersama si nenek, Abdullah takjub dengan sikapnya dan berkata:
“Bawalah dia kemari, sebentar saja!”
Mereka kembali ke tempat si nenek, dan berkata:
“Nek, ikutlah bersama kami kepada Tuan kami, sebab ia hendak bertemu denganmu.”
“Siapa Tuan kalian?” tanya s1 nenek.
“Abdullah bin Abbas,” ungkap mereka.
“Aku tidak mengenal nama ini, dan siapa Abbas?” tukas si nenek.
“Dia adalah paman Rasulullah," jawab para pelayan.
“Demi orang tua kalian, dia adalah orang mulia yang luhur dan sangat tinggi derajatnya. Apa yang dikehendakinya dariku?” tanya si nenek.
“Ia ingin memenuhi segala kebutuhanmu," jawab para pelayan.
“Pergilah, demi Allah, seandainya apa yang aku lakukan diketahui, maka aku tidak akan memperoleh penggantinya. Bagaimana mungkin aku mengambil ganti, sebab itu adalah sesuatu yang wajib ditunaikan oleh semua orang, antara yang satu kepada yang lain!" kata si nenek.
Mereka terus merayusi nenek. Akhirnya, mereka berhasil membujuk si nenek untuk bertemu dengan Abdullah bin Abbas. Ketika sampai di hadapan Abdullah bin Abbas, si nenek menyampaikan salam kepadanya. Abdullah bin Abbas pun menjawabnya, dan mendekati tempat duduk si nenek, lalu berkata:
“Dari mana engkau, Nek?”
“Aku dari Bani Kalb,” jawab si nenek.
“Bagaimana keadaanmu?" tanya Abdullah.
“Aku hidup kekurangan. Akan tetapi, aku bisa tidur setiap malam. Aku melihat keindahan pada segala sesuatu. Maka, tidak ada di dunia ini, kecuali telah aku dapatkan.”
“Lalu, apa yang engkau simpan untuk anakmu ketika mereka datang?” tanya Abdullah bin Abbas.
“Aku menyimpan sesuatu yang dikatakan Hatim Thayyi':
Sungguh, aku telah bermalam berselimut lesu.
Hingga pagi, sampai aku memperoleh makanan pemberian
Ucapan si nenek itu membuat Abdullah bin Abbas semakin takjub. Kemudian, ia berkata:
“Apabila anak-anakmu datang kepadamu, sementara mereka lapar, apa yang akan engkau perbuat?”
“Wahai Tuan, roti ini sangat banyak. Sehingga, engkau terlalu banyak bicara, dan itu membuatmu terlampau sibuk. Lupakanlah itu. Sebab, itu hanya merusak jiwa dan menimbulkan kerendahan.”
Abdullah bin Abbas berkata:
“Datangkan kepadaku anak-anaknya.”
Para pengawal dan pelayan memanggil anak-anaknya. Sampai di hadapan Abdullah bin Abbas dan mengetahui keberadaan ibunya, mereka menyampaikan salam.
“Aku tidak menuntut kalian dan ibu kalian akan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi, aku ingin membuat keadaan kalian menjadi lebih baik, dan derita yang kalian alami hilang,” kata Abdullah bin Abbas.
“Ini jarang terjadi. Biasanya, orang meminta kami bekerja untukmu dalam waktu yang lama,” jawab anak-anak si nenek.
“Tidak ada satu pun! Akan tetapi, aku mendekati kalian pada malam ini dan hendak memberikan sebagian hartaku kepada kalian.”
Hidup Sederhana
“Wahai Tuan, kami hidup dalam kesederhanaan dan sedikit rezeki. Berikanlah harta itu kepada orang yang lebih berhak menerimanya. Akan tetapi, bila engkau hendak berbuat baik, maka kebaikanmu adalah pekerjaan mulia dan aku terima.”
“Ya, aku senang mendengarnya.” jawab Abdullah.
Kemudian, sebanyak sepuluh dirham dan dua puluh unta diberikan kepada mereka. Kepada anak-anaknya, si ibu berkata:
“Sebaiknya, kalian membacakan sebuah syair dan aku akan
mengikutinya.”
Anak tertua berkata: Aku bersaksi, engkau mempunyai kata-kata yang baik
Perbuatan yang mulia dan kabar gembira
Anak kedua berkata: Engkau melakukan kebaikan sebelum diminta Maka, itu suatu keagungan, kebesaran, dan kemuliaan hati
Anak ketiga berkata: Adalah suatu kebenaran bagi orang yang melakukannya
Yaitu memberikan kemurahan hati kepada manusia
Dan, si ibu berkata: Semoga, Allah Swt. memanjangkan umurmu dalam kemuliaan
Dan, menjagamu dari segala kehinaan dan ketakutan.
Demikian kisah dari Kitab An-Nawadir.
Semoga Allah memberikan kesehatan kepada kita utk bekal ibadah kepadaNya Aaminn.