Kemeriahan Tahun Baru Islam di Jakarta Diwarnai Pawai Lentera
Perayaan menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah di Jakarta berlangsung meriah. Kemeriahan itu dirasakan oleh warga terutama di kampung-kampung.
Di pusat kota dan jalan-jalan protokol perayaan Tahun Baru Islam tak terlihat kemeriahannya. Berbeda dengan tahun baru Masehi, masyarakat tumpah ruah di Bundaran HI hingga Tugu Monas.
Dalam menyambut Tahun Baru Islam ini, beberapa kampung menggelar kegiatan atas inisiatif warga dan majelis taklim setempat. Ada yang menyelenggarakan salat sunat taubat, baca surat Yasin disertai doa akhir dan awal tahun baru Islam di mushola dan masjid.
Beberapa kelurahan di Jakarta Barat mengadakan pawai keliling kampung diikuti oleh anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Untuk meramaikan pawai ini, setiap rombongan membawa obor, balon lentera, dan berbagai alat musik perkusi, drum, dan trompet. Meskipun menimbulkan suara hingar bingar, warga senang melihatnya. Bahkan ada yang langsung bergabung, mengingat di antara mereka sudah ada yang saling mengenal.
Warga terlihat senang berkeliling kampung sambil bershalawat. Suasana semakin riuh ketika bertemu dengan arak-arakan dari kampung lain, membuat formasi barisan menjadi semakin panjang.
Mereka saling bersalaman sambil membagikan air minum dengan penuh rasa persaudaraan. "Senang, senang sekali jalan rame-rame sambil membawa lentera," ujar salah satu peserta, seorang bocah berusia 7 tahun.
Dari simpul jalan Kemanggisan atau SMA Negeri 78 Jakarta muncul peserta dari kampung berbeda. Peserta yang didominasi remaja itu mengumandangkan shalawat. Beberapa peserta yang ditemui Ngopibareng.id mengatakan senang menyemarakkan Tahun Baru Islam ini.
Meskipun dengan cara sederhana ala kampung, tapi bisa menyambut 1 Muharam atau di Jawa dikenal sebagai bulan Suro.
Ketua takmir Mushola Assalam Kampung Rawa Timur, Haidir menjelaskan, kegiatan Tahun Baru Islam di kampungnya dikoordinir oleh ibu-ibu majelis taklim dan RT 15/RW O5 Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
"Alhamdulillah, meskipun penyelenggaraannya secara spontan, tapi meriah," ucapnya.
Sebelum keliling kampung, peserta mengikuti salat sunat dan doa bersama yang dipimpin Ustaz Abdul Muhaimin. Ia merupakan imam Mushola Assalam.
Haidir menyebut, warga gorong-gorong membawa makan sendiri dari rumah untuk dikumpulkan di mushola. Selanjutnya, warga menyantap hidangan tersebut bersama-sama. "Bapak-bapaknya tinggal makan," kata Haidir.sambil tertawa.
Sejarah Tahun Baru Islam
Ustaz Abdul Muhaimin menjelaskan, Tahun Baru Islam merupakan salah satu momen penting bagi muslim di seluruh dunia. Sejarah penetapan awal tahun baru Islam merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Madinah.
Hari tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari pertama dalam penanggalan hijriah atau kalender Islam yakni 1 Muharram 1 hijriah atau tahun 622 masehi.
Sejarah penetapan awal penanggalan kalender hijriah yang menjadi awal tahun dalam kalender Islam tidak lepas dari peran Khalifah Umar bin Khattab.