Kementerian PUPR Percepat Pemulihan Pasca Gempa Lombok
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) segera menindaklanjuti instruksi Presiden Joko Widodo agar penanganan tanggap darurat dapat dilaksanakan dengan baik dan proses pemulihan kehidupan masyarakat pasca gempa di Lombok bisa cepat dilakukan. Perbaikan fasilitas umum seperti sekolah, Masjid, Pasar Tanjung dan RSUD Tanjung akan mulai dipersiapkan minggu ini. Perbaikan rumah dan fasilitas umum secara bertahap diharapkan dapat memulihkan kehidupan dan mengurangi trauma masyarakat di Pulau Lombok.
“Kami akan mulai perbaikannya minggu ini,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang turut serta dalam kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke lokasi pengungsian di Kabupaten Lombok Utara yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa bumi 7 skala richter pada 5 Agustus 2018 lalu.
Untuk perbaikan rumah, warga yang tempat tinggalnya mengalami kerusakan berat, Pemerintah Pusat telah menganggarkan bantuan sebesar Rp 50 juta untuk tiap kepala keluarga dan segera disalurkan secara bertahap mulai Selasa, 14 Agustus 2018 sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo. Dalam pembangunan rumah kembali, Presiden Joko Widodo meminta warga untuk menggunakan teknologi rumah tahan gempa yakni RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Saat ini proses pendataaan rumah yang rusak ringan, sedang dan berat tengah dilakukan.
Menteri Basuki mengatakan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah akan dilakukan dengan sistem swakelola dengan konstruksi tahan gempa. “Masyarakat tidak hanya menonton, namun akan dilibatkan dalam proses rekonstruksi rumahnya. Tim Kementerian PUPR akan melakukan pendampingan teknisnya,” kata Menteri Basuki.
Pelibatan masyarakat dalam rekonstruksi rumah pernah diterapkan Kementerian PUPR di Aceh dan Yogyakarta. Hal ini menjadi bagian dari mitigasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai cara membangun rumah tahan gempa.
Penerapan Teknologi RISHA
Kementerian PUPR telah mengembangkan rumah tahan gempa dengan teknologi RISHA yang menggunakan panel knock down sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya serta biaya lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional. Konstruksi rumah tahan gempa diperlukan sebagai mitigasi bencana karena wilayah Lombok termasuk salah satu wilayah rawan gempa.
Kepala Pusat Litbang Permukiman, Balitbang, Kementerian PUPR Arief Sabarudin mengatakan dengan jumlah rumah yang rusak cukup banyak dan kebutuhan proses rekonstruksi rumah yang cepat, maka produksi panel-panel beton RISHA akan dilakukan di workshop sehingga kualitas dan ukurannya bisa terstandarisasi. Panel beton tersebut kemudian akan disebar dan pemasangannya dilakukan oleh masyarakat dengan pendampingan dari Kementerian PUPR.
“Untuk memproduksi panel beton akan dilakukan di workshop. Misalnya, melalui peran salah satu BUMN Karya yang sudah menyatakan siap untuk membuka workshop disana. Produksi panel beton juga terbuka bagi perusahan kecil menengah lainnya, karena kebutuhan panel betonnya jumlah banyak dan rentang waktu yang cepat,” kata Arief.
Untuk tahap awal, Puslitbang Permukiman, Selasa, 14 Agustus 2018, telah mengirimkan panel-panel beton RISHA dari Jakarta dan Denpasar yang dapat digunakan untuk membangun 20 unit RISHA beserta tenaga ahli RISHA. Diperkirakan minggu depan sudah dapat digunakan untuk mengedukasi warga Lombok mengenai cara pemasangan RISHA.
“Selain mengirim panel beton precast, kami juga membawa cetakan yang nantinya akan digunakan untuk pelatihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat ikut terlibat, mulai dari pembuatan komponen sampai dengan perakitan,” kata Arief.
Menurutnya aplikasi RISHA untuk rekonstruksi rumah-rumah yang hancur pasca bencana sudah banyak dilakukan di berbagai tempat seperti rekonstruksi rumah pasca gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004, gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 dan bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2015 di Sumatera Utara.
Di Lombok Utara, teknologi RISHA telah diaplikasikan Kementerian PUPR pada 2 unit rumah contoh yang digunakan sebagai Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan, Desa Karang Bajo di Lombok Utara. “Kondisi kedua rumah tersebut masih kokoh, bahkan kaca juga tidak mengalami pecah meski mengalami beberapa kali mengalami guncangan gempa hingga 7 SR,” kata Arief. (frd)
Advertisement