Menristekdikti Dukung Pengembangan Stem Cell di Indonesia
Menteri Riset Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, M Nasir meresmikan fasilitas Teaching Industry Stem Cell dan Metabolit Stem Cell di Gedung Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga Kampus C Surabaya pada Rabu, 11 Juli 2018.
Fasilitas tersebut merupakan salah satu hasil Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell (P3SP) yang memiliki tugas utama melakukan penelitian dan pengembangan di bidang stem cell dan produk-produk stem cell.
Menristekdikti, Mohammad Nasir mengatakan stem cell diyakini mampu memperbaiki segala penyakit yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah sangat mendukung adanya teknologi stem cell dalam bidang kesehatan. Bahkan, pemerintah sendiri telah menyiapkan dana sebesar Rp 93 Miliar guna pengembangan stem cell itu sendiri.
"Pemerintah mendukung dalam kaitannya untuk pengembangan inovasi-inovasi di bidang kesehatan. Dimana kita mulai 2017 sudah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 93 miliar untuk stem cell ini," ujarnya.
"Karena dengan stem cell mampu melakukan perbaikan yang luar biasa di bidang kesehatan. Oleh sebab itu kami ingin mengembangkan stem cell tersebut," tambahnya.
Stem cell atau sel punca adalah sel biologis yang menjadi jejak utama DNA. Sel ini dapat meremajakan diri dan menghasilkan lebih banyak sel untuk sumber pembentukan sel baru. Ia bertugas untuk memastikan setiap sel yang usang diganti dengan sel baru dengan jenis dan fungsi yang sama.
Dengan terapi stem cell, memungkinkan pasien sembuh dari beragam penyakit berat seperti jantung koroner, gagal jantung, diabetes, patah tulang gagal sambung, tulang yang hilang karena kecelakaan, osteoarthritis, cedera tulang rawan, spinal cord injury, glukoma, luka bakar, hingga kaki diabetik.
Namun sayangnya, model pengobatan semacam ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Selain tak semua rumah sakit bisa melakukan terapi ini, terapi ini juga berbiaya sangat mahal. Setiap satu stem cell dihargai Rp 1-1,5 per sel. Sepintas memang murah, tapi jumlah sel yang diberikan cukup besar dalam organ atau tubuh pasien, sehingga biaya yang dikeluarkan tak sedikit. Untuk sekali terapi, untuk sel yang diberikan bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta sel. (amm)