Kemenpar Susun Pedoman Antisipasi Krisis Pariwisata Indonesia
Jakarta: Kementrian Pariwisata RI Arief Yahya menyampaikan, langkah mengatasi situasi krisis jika menimpa industri Pariwisata Indonesia. Yakni dengan membutuhkan situasi stabil, secure dan safety. Patokannya ada di 14 pilar TTCI - Travel and Tourism Competitiveness Index yang dibuat World Economic Forum (WEF).
"Indeks daya saing kepariwisataan itulah yang harus dipantau dengan ketat. Apa saja yang menekan itu, masuk ke tim crisis center," terangnya.
Selain itu, Menpar juga menetapkan Tim Crisis Center, sebagai program prioritas 10 besar. Karena itulah, Biro Hukum dan Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) tentang Penyusunan Pedoman Penangan Krisis Kepariwisataan.
Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara ikut mengatakan, bahwa program pemerintah dalam pembangunan lima tahun ke depan akan fokus pada sektor; infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang terhadap pembangunan nasional.
Dari lima sektor tersebut, kata Ukus, pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang pertumbuhannya positif. Hal ini terlihat peran pariwisata dunia dalam memberikan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 9,8%; kontribusi terhadap total ekspor dunia sebesar US$ 7,58 triliun dan foreign exchange earning sektor pariwisata tumbuh 25,1%; serta pariwisata membuka lapangan kerja yang luas yakni 1 dari 11 lapangan kerja ada di sektor pariwisata.
“Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut pariwisata sebagai cara yang paling mudah, murah, dan cepat untuk untuk meningkatkan devisa, PDB, dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Karena itu harus dijaga agar tetap kondusif,” kata Ukus Kuswara di Hotel Mellinium Jakarta, Rabu (16/5).
Disisi lain, Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan pariwisata nasional dua kali lipat pada 2019 nanti, yakni dengan memberikan kontribusi pada PDB nasional sebesar 8%, devisa yang dihasilkan Rp 280 triliun. Lalu menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata sebanyak 13 juta orang, jumlah kunjungan wisman 20 juta. Wisnusnya, 275 juta, dan indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia.
“Jika barbagai acaman krisis ini tidak tertangani secara baik akan berdampak signifikan bagi kepariwisataan nasional dengan menurunn kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia,” lanjut Ukus. (hrs)