Kemenpar Sukses Uji Kompetensi 52 Asesor Jadi Dosen Vokasi Level 8
.
Roadshow Kementerian Pariwisata untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang Kepariwisataan berlanjut.
Kali ini, 52 Kemenpar Sukses Uji Kompetensi 52 Asesor Jadi Dosen Vokasi Level 8 General Manager (GM) menjadi Asesor atau peserta uji kompetensi, atau Recognition Prior Learning (RPL). RPL digelar 12 hingga 13 Mei, di Swiss Bel Inn, Balikpapan.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rizky Handayani Mustofa mengatakan, uji kompetensi ini adalah program terobosan Kemenpar. Sekaligus mendukung program vokasi yang digagas Presiden Jokowi. Khususnya di bidang Pariwisata.
Setelah mendapatkan sertifikat ahli perhotelan di level 8, para GM dari berbagai daerah itu diharapkan dapat tampil sebagai dosen tamu. Atau, menjadi tim teaching di Perguruan Tinggi Pariwisata. Sehingga, dapat membantu memberikan peningkatan keterampilan baik kepada dosen maupun mahasiswa.
“Sesuai instruksi Menpar Arief Yahya, kurikulum berstandar global. Di samping itu, juga telah disiapkan program WITE (Wonderful Indonesia Tourism Entrepreneurship) kerjasama dengan SBM ITB, untuk mencetak 10 persen lulusan jadi pengusaha yang melibatkan semua Perguruan Tinggi di lingkungan Kemenpar,” ucap Rizky, didampingi Asisten Deputi Bidang Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antar Lembaga Wisnubawa Taruna Jaya, di Balikpapan.
Wisnubawa Tarunajaya menambahkan, uji kompetensi ini adalah program terobosan Kemenpar. Menurutnya, Menteri Pariwisata juga mendorong untuk mencetak SDM yang berstandar global. Dia menyebut pariwisata mempunyai multiplier effect yang memberikan pengaruh yang kuat. Terlebih pada lingkungan sekitarnya. Caranya dengan menjaga kearifan lokal agar memiliki nilai bagi kesejahteraan masyarakat.
“Menpar selalu mengingatkan kalau ingin menjadi global player, maka harus menggunakan global standard. SDM kita harus berstandar global. Sekolah pariwisata kita harus berstandar global. Kurikulum kita harus berstandar global, Begitupun tenaga pengajarnya” ujarnya.
Menurut Wisnubawa, sejak awal 2017, Kemenpar sudah mendeklarasikan seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan swasta, khususnya bidang pariwisata, sebagai perguruan tinggi vokasi. Perguruan tinggi itu berjumlah 132 buah.
“Khusus Perguruan Tinggi di bawah Kemenpar, mulai tahun ini menerapkan kurikulum 70 persen praktik dan 30 persen teori. GM yang bekerja minimal di hotel bintang satu. Degan minimal dua tahun pengalaman dibidangnya. Tidak hanya itu, para calon dosen vokasi tersebut juga diharuskan mengisi form aplikasi (APL 1), dan form assessment mandiri (APL 2), serta form perencanaan dan form soal-soal, ” ujarnya.
Penyelengara pelaksanaan kegiatan Recognition Prior Learning (RPL), Hidayat menambahkan, uji kompetensi atau RPL, dibuka secara resmi oleh Ketua Komisi Pelaksanaan Sertifikasi BNSP Tatang Azrizal. Ia juga yang langsung memberikan paparan kepada para peserta. Turut hadir Ketua Komisi Perencanaan dan Harmonisasi Kelembagaan BNSP Surono dan Inda Mapiliandari Ketua Komisi Pengendalian Mutu dan Sistem Informasi BNSP.
Sementara 7 asesor yang hadir antara lain : Chandra Hadi, Hadi Sutrisno, Christiani Aju Wulandari, Ali Hidayat, Ratna Dwi Rachmawati, Rondan Sukarnadi, dan Freddy Pantauw.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi terus digelarnya RPL ini. Karena akan mencetak tenaga didik handal dibidang Pariwisata. Menteri menyebut investasi di SDM ini paling tidak kelihatan wujudnya, tapi sangat terasa impact-nya.
"Sejak di PT Telkom saya paling komit, bahwa investasi SDM itu sangat penting untuk win the future customers. Karenanya sekolah perguruan tinggi pariwisata sudah sangat relevan," ujar Menpar Arief Yahya.
Menteri asal Banyuwangi ini berpesan, dosen vokasi pariwisata nantinya harus menggunakan standar global.
"Di kita saat ini, menggunakan regional standar yang sering disebut ASEAN MRA, Mutual Recognition Arrangement. Kompetensi selevel ASEAN. Kalau mau bersaing di level global, gunakan global standard juga," kata Menpar Arief Yahya.(*)
Advertisement