Kemenpar Gandeng BTN Percepat Pembangunan Homestay
Ketersediaan homestay untuk mendukung pertumbuhan wisatawan, turut menjadi fokus Kementerian Pariwisata.
Pengembangan homestay pun dilakukan. Caranya, menjalin kerjasama dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Tepatnya melalui Program Renovasi Arsitektur Nusantara dengan kredit Kemitraan BUMN.
Program tersebut merupakan bagian dari Top-3 Quick Wins Homestay Desa Wisata. Program ini menjadi prioritas Tim Percepatan Pembangunan Homestay Kemenpar tahun 2018.
"Kemenpar menargetkan pengembangan dan pembangunan 10 ribu unit kamar homestay desa wisata ini terealisasi pada 2019," kata Ketua Tim Percepatan Pembangunan Homestay Kementerian Pariwisata, Anneke Prasyanti.
Program Renovasi Melalui Kemitraan BUMN tersebut dinilai sangat strategis. Karena menjadi salah satu solusi dalam permasalahan pembiayaan renovasi, maupun pembangunan homestay.
Menurut Anneke, biaya untuk merenovasi rumah yang akan dijadikan homestay, tidak sedikit. Dan hal tersebut selalu menjadi kendala bagi masyarakat.
Namun, masalah tersebut terselesaikan dengan digandengnya BTN. Nantinya, masyarakat yang ingin mendapatkan kredit dari program Kemitraan BUMN, dapat mengajukannya ke kantor cabang BTN terdekat.
Pembiayaan renovasi homestay dilakukan dengan penyaluran kredit bunga rendah. Lebih tepatnya melalui program Kemitraan BUMN (non-bankable).
Program ini sudah kita jalankan bersama BTN. Salah satunya di Desa Wisata Kemiren, Banyuwangi. BTN telah menyalurkan kredit Program Kemitraan BUMN sebesar Rp 399.000.000 kepada 12 pemilik homestay untuk melakukan renovasi.
Anneke menambahkan, keberhasilan pengajuan kredit kemitraan BUMN di Desa Kemiren, diikuti oleh desa-desa wisata lainnya. Seperti Desa Dieng Kulon Banjarnegara dengan 26 unit homestay, Desa Tabanan, Bali, sebanyak 10 unit homestay, dan Desa Samiran, Boyolali, sebanyak 5 unit homestay.
Performa positif juga dibukukan Tim Percepatan Pembangunan Homestay Kemenpar. Tercatat 1.504 kamar homestay di seluruh Indonesia telah tersedia. Terdiri dari 1.315 kamar hasil program konversi, 178 kamar hasil dari program renovasi, serta 11 kamar hasil program bangunan baru.
"Tugas kami tidak hanya membangun. Namun juga merenovasi, mengembangkan. Untuk tahun 2017 kami telah mendampingi pembenahan dan pembangunan 1.504 kamar homestay. Tahun ini kita ingin agar Kredit Kemitraan juga bisa dinikmati oleh pelaku homestay di seluruh desa wisata khususnya di 10 destinasi pariwisata prioritas," ucapnya.
Tim Percepatan Pembangunan Homestay sendiri optimis target ketersediaan 10 ribu kamar di desa wisata pada 2019 bisa terealisasi. Pembagiannya, pada 2017 target ketersediaan kamar adalah 2.000 unit. Kemudian 2018 sebanyak 3.000 kamar, dan 2019 dengan 5.000 kamar.
Untuk itu pihaknya terus membuka komunikasi intensif dengan stakeholder terkait. Karena pembangunan homestay merupakan langkah realistis untuk menjawab kebutuhan amenitas yang terus meningkat.
Selain itu ketertarikan wisatawan terhadap homestay mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pergeseran minat wisatawan yang kini lebih terbuka. Mereka lebih menyukai interaksi langsung dengan masyarakat sekitar. Dan ini semakin dicari wisatawan masa kini.
"Homestay desa wisata berkonsep low cost tourism dan pembangunan arsitekturnya bergaya Nusantara. Ini yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dan saat ini sebenarnya sudah berlangsung di banyak desa wisata di Indonesia, dan akan kami dorong terus agar menghidupkan kembali suasana arsitektur nusantara dan kearifan lokal," ujarnya.
Terpisah, Direktur Utama BTN, Maryono mengatakan pihaknya mendukung penuh renovasi dan pengembangan homestay Kemenpar. Menurutnya, program itu sangat strategis. Sehingga masuk juga sebagai program nasional BTN.
Untuk itu pihaknya akan segera melakukan sosialisasi kepada seluruh cabang BTN di Indonesia. Tujuannya agar Program Renovasi Arsitektur Nusantara dengan kredit Kemitraan BUMN bisa di-cover. Sehingga, renovasi dan pembangunan homestay dapat berjalan lebih optimal.
"Saya kira akan kami sosialisasikan kembali keseluruh cabang BTN, sehingga program ini akan berjalan lebih optimal karena ini merupakan salah satu program nasional BTN. Sehingga hambatan yang ada dilapangan dapat terselesaikan. Perbaikan sistem program tentunya juga akan kami lakukan" ujar Maryono.
Mendengar hal tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya makin yakin program tersebut akan berjalan sempurna. Pasalnya program tersebut didukung penuh oleh BTN.
Menurutnya, pembangunan homestay merupakan salah satu cara realistis untuk memenuhi kebutuhan amenitas di Indonesia. Karena skalanya kecil, membangun homestay akan lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan membangun hotel.
Selain itu pembangunan homestay juga bisa tersebar di berbagai destinasi wisata di seluruh pelosok Tanah Air karena homestay tersebut dimiliki oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata.
"Kita menargetkan 10 ribu kamar di berbagai destinasi wisata utama dalam rangka mewujudkan visi mendatangkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Homestay adalah solusinya. Ingat, hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan cara yang tidak biasa. Maka dari itu saya harapkan seluruh stakeholder bisa saling bersinergi sehingga percepatan bisa dilakukan," pungkas Menpar Arief Yahya. (*)
Advertisement