Kemenpar Gali Potensi Wisata Sejarah di Jawa Timur
Keanekaragaman budaya dan sejarah Indonesia, menjadi potensi besar untuk diolah menjadi wisata sejarah.
Sejarah juga bisa dimanfaatkan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Berbagai bangunan bersejarah peninggalan Belanda, warisan alam, dan juga museum, menjadi objek wisata sejarah yang dapat dikunjungi.
Provinsi Jawa Timur yang memiliki segudang potensi wisata sejarah. Simak saja, beberapa diantaranya; House Of Sampurna, Desa Kemiren, Jembatan Merah, Monumen Kapal Selam Surabaya, hingga Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman. Semua memiliki keberagaman dan nilai sejarah tersendiri.
Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana, mengatakan, untuk pengembangan wisata sejarah dan religi, Jawa Timur memiliki potensi kekayaan sejarah yang berlimpah. Berbagai penjuru wilayah di Jawa Timur yang bila dikemas dengan baik, bagus untuk dijadikan atraksi pariwisata.
“Sehingga diharapkan mampu menarik minat kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara,” ujar Pitana, didampingi Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Area 1, Wawan Gunawan, saat Bimbingan Teknis Pemasaran Pariwisata Sejarah Provinsi Jawa Timur, di Hotel Santika Banyuwangi.
Pitana menambahkan, hal terpenting dalam pengembagan wisata sejarah diantaranya, komitmen pemerintah daerah, masyarakat, budayawan, komunitas atau pelaku industri wisata sejarah, akademisi dan media. Itu diperlukan untuk mendata, mengidentifikasi, mengembangkan, dan mematenkan sejarah. Tentunya dengan menyertakan nilai dan filosofi dari daerah setempat.
“Dan juga melakukan pembinaan kepada kader generasi muda untuk pengembangan sadar wisata sejarah. Sehingga dapat diarahkan dan mampu berfungsi memenuhi standar pelayanan yang dibutuhkan wisatawan khususnya wisata sejarah,” ucap Pitana yang diamini Wawan.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Area 1 Wawan Gunawan menambahkan, kader wisata sejarah harus diarahkan. Tujuannya agar mampu berfungsi memenuhi standar pelayanan yang dibutuhkan wisatawan. Khususnya wisata sejarah.
“Penetapan destinasi wisata sejarah, khususnya di wilayah Jawa Timur, harus melalui komitmen pemerintah daerah dan bersinergi dengan pemerintah pusat. Hal itu dalam bentuk kegiatan edukasi, atraksi, apresiasi dan rekreasi khususnya wisata Sejarah di Jawa Timur,” ujar Wawan.
“Serta memiliki konsep pembelajarannya harus disesuaikan dengan tantangan global, yakni menggabungkan konsep lokal, tradisional dan modern. Dan yang terpenting mengemas wisata sejarah menjadi primadona wisata di daerah Jawa Timur,” tambahnya.
Hadir sebagai narasumber Bimtek adalah Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Bramuda, Tim Percepatan Wisata Sejarah Kementerian Pariwisata Branando Alfonso , dan H. Anas Thahir, Anggota Komisi X DPR RI Dapil Jawa Timur III.
Menurut Brando Alfonso, Pariwisata sejarah memiliki potensi yang sangat luar biasa.
“Terlebih, Banyuwangi memiliki banyak sekali tempat sejarah. Mulai dari zaman kerajaan hingga kolonial. Dengan perencanaan yang tepat, Banyuwangi akan menjadi destinasi wisata sejarah yang sangat luar biasa,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda, mengatakan pariwisata Banyuwangi akan terus dibenahi untuk menunjang target kunjungan 20 juta kunjungan wisman ke Indonesia akhir tahun 2019.
“Banyuwangi akan terus berbenah di sektor pariwisata. Pembenahan mulai dari aksesibilitas, amenitas, dan atraksi. Juga meningkatkan SDM pelaku pariwisata mulai dari jasa transportasi, Guide , pengelola destinasi, pengelola Homestay dan lain-lain,” katanya.
Untuk memberikan informasi terkait wisata sejarah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, bekerjasama dengan Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan para sejarawan Banyuwangi, akan menyusun buku cerita sejarah Banyuwangi.
“Dengan adanya buku panduan sejarah Banyuwangi tersebut, diharapkan bisa menjadi literatur dan panduan bagi semua pelaku pariwisata (guide/pemandu wisata) untuk menceritakan sejarah Banguwangi kepada semua tamu / wisatawan yang datang ke Banyuwangi,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya selalu menyebut, budaya dan sejarah menjadi daya tarik yang tak bisa dipisahkan. Sejarah dan budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. “Karena itu, sejarah dan budaya harus dilestarikan mengingat memiliki nilai ekonomis. Laku dijual untuk turis mancanegara,” ujarnya.
Untuk itu, Menteri Arief Yahya mendorong agar para penggiat kebudayaan dan sejarawan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersil tinggi. Dengan demikian masyarakat bisa mendapatkan informasi yang jelas dan berkualitas. “Yang terpenting, searah dan budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tambahnya. (*)