Kemenpar Ekspose Nomadic Tourism di Bandung
Nomadic Tourism berupa glamp camp, home pod, dan caravan, menjadi salah satu program terobosan Kementerian Pariwisata.
Untuk mengeksposenya, 50 media nasional yang tergabung dalam Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) diajak menyentuh dan merasakan langsung suasana glamping camp.
Tepatnya di kawasan wisata Rancabali, Ciwidey, Jawa Barat, 1 hingga 3 Agustus 2018.
Nomadic tourism, khususnya untuk amenitas seperti glamorous camping atau glamping/glamp camp banyak diminati para traveller dunia. Sebab, menjadi salah satu pilihan selain hotel berbintang.
Fasilitas glamping mulai dikembangkan di sejumlah destinasi unggulan di Tanah Air. Seperti Bali, Lombok, Jawa Barat, dan Belitung.
“Kegiatan jurnalis anggota Forwapar tahun ini sengaja kita pilih di objek wisata Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey. Tujuannya agar para jurnalis lebih memahami dan merasakan apa itu wisata nomadic. Serta mengenalkan potensi pariwisata di Kabupaten Bandung kepada masyarakat,” Kepala Biro Komunikasi Publik (Komblik) Kemenpar Guntur Sakti di Ciwidey Bandung.
Dikesempatan yang sama Kadisbudpar Kabupaten Bandung Agus Firman Zaini mengatakan, Kabupaten Bandung sangat potensial menerapkan Nomadic Tourism. Namun, terkendala kepemilikan lahan.
"Kita punya potensi alam yang bisa luar biasa tidak hanya bahari. Semisal perkebunan teh. Namun di sisi lain, kami tidak memiliki lahan. Tapi dikuasai oleh PTPN. Lalu dikuasai oleh Perhutani, BKSDA. Kita terus mendorong mempromosikan kita ingin ada multieffect masyarakt sekitar diberdayakan. Makin banyak orang datang, makin banyak pendapatan. Sektor pariwisata di luar retribusi masuk Rp 20 miliar," ujarnya.
Untuk mendorong itu semua, Agus beserta jajaran Pemda Kabupaten juga mendorong pihak kehutanan untuk membuka lebar investor yang akan menanam investasinya pada sisi pariwisata.
"Silahkan para investor yang ingin berinvestasi. Kami akan mend Mendukung dri sisi TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata) dan juga promosi melalui GenPI. Untuk destinasi favorite Bandung rating tertinggi itu ini (glamping rancabali). Selain itu ada Tebing Kraton, Kawah Kamojang, dan lainnya," ujarnya.
Sementara itu, Manager Glamping Rancabali Luthfi mengatakan, tema yang diangkat di sini berbeda dengan tempat lainnya. Dari nama saja sudah glamour camping. Kemping di alam bebas dengan fasilitas yang lengkap. Namun tempatnya seperti lokasi penjelajahan.
"Di Ciwidey banyak yang belum terekspose publik. Program kami membuat wisatawan lokal dan manca yang belum tersentuh keraimaian. Mengembangkan pariwisata yang belum ada, juga merangkul masyarakat daerah," ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya Digital Destination and Nomadic Tourism ini bakal booming. Akan heboh di mana-mana, baik di media sosial maupun di offline. Karena pas dengan kebutuhan yang dicari anak-anak muda.
“Kalau Destinasi Digital itu positioningnya adalah esteem economy, diferensiasinya destinasi instagramable, brandingnya destinasi zaman now, maka nomadic tourism ini adalah solusi sementara untuk selamanya!” jelas Arief Yahya.
Sama seperti kartu pra bayar, awalnya adalah “kecelakaan”. Diciptakan prabayar agar mudah, murah, dan escape nya gampang. Tidak membebani customer dengan harga mahal. Tetapi dalam perkembangannya, justru mereka inilah yang lebih dominan, lebih besar dan lebih dari 90% customers memilih prabayar.
“Itulah yang saya sebut solusi sementara, yang akhirnya permanen dan menjadi solusi selamanya! Nomadic Tourism juga, awalnya kita pikirkan untuk sementara, karena atraksi di destinasi kita terlalu banyak yang cantik, sementara akses dan amenitasnya belum terjangkau. Nomadic adalah solusi sementara untuk membuat semua destinasi cantik itu bisa hidup dan berkembang,” kata Arief Yahya. (*)
Advertisement